KEADAAN POLITIK INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sejarah
Guru Bidang Studi :
Syafrizalman, M.Pd.
Oleh,
Kelompok 3
Kelas XII PIA 3
1. INDIANA
NAMAUL HUSNAH (Ketua)
NIS : 8567
2.
BAYU WAGEONO (Sekretaris)
NIS : 8517
3.
CEREN (Anggota)
NIS : 8519
4.
NURUL OKTAVIA ASYRIANI (Anggota)
NIS : 8630
5.
M. HAMDANI (Anggota)
NIS : 8610
6.
DANDI (Anggota)
NIS : 8525
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1
KUNDUR
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa berkat taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Peran Indonesia dalam Panggung Dunia”. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada guru bidang studi Sejarah Indonesia yaitu Bapak
Syafrizalman, M.Pd. dan kepada semua pihak yang telah berpatisipasi baik moril
maupun materil dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Sejarah Indonesia dan sebagai kajian terhadap pemahaman pembaca
mengenai peran Indonesia dalam panggung dunia, dengan memaparkan materi antara
lain : landasan idiil dan konstitusional politik luar negeri Indonesia bebas
aktif, kelahiran politik luar negeri bebas aktif, politik luar negeri Indonesia
masa demokrasi parlementer, politik luar negeri Indonesia masa demokrasi
terpimpin, politik luar negeri Indonesia pada masa orde baru, dan politik luar
negeri Indonesia pada era reformasi.
Penulis menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
masukan dan kritikan dari semua pihak terkait dengan relevasi makalah ini agar
bisa menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Tanjungbatu,
Februari 2020
Penulis,
Kelompok IV
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................................................................................
i
DAFTAR ISI..............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah.....................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah..............................................................................................
1
1.3 Tujuan.................................................................................................................
1
1.4 Manfaat...............................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Idiil dan Konstitusional
Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif
3
2.2 Lahirnya Politik Luar Negeri Bebas
Aktif ........................................................ 6
2.3 Politik Luar Negeri Indonesia Masa
Demokrasi Parlementer..........................
7
2.4 Politik Luar Negeri Indonesia Masa
Demokrasi Terpimpin...........................
10
2.5 Politik Luar Negeri Indonesia Masa
Orde Baru............................................... 11
2.6 Politik Luar Negeri Indonesia Era
Reformasi..................................................
16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
19
3.2 Saran.................................................................................................................
21
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak
Moh.Hatta menyampaikan pidatonya berjudul Mendayung di Antara Dua Karang di
depan sidang BPKNIP pada September 1948,Indonesia menganut politik luar negeri
bebas aktif yang dipahami sebagai sikap dasar Indonesia yang menolak masuk
dalam salah satu blok negara-negara superpower,menentang pembangunan pangkalan
militer asing di dalam negeri,serta menolak terlibat dalam pakta pertahanan
negara-negara besar.Indonesia tetap berusaha aktif terlibat dalam setiap upaya
meredakan ketegangan di dunia Internasional.Indonesia ikut berperan menciptakan
perdamaian dunia.
Tujuan
politik luar negeri bebas aktif adalah untuk mengabdi kepada tujuan nasional
bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
menyatakan:
“Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial....”
Oleh
karena itu, dari latar belakang tersebut dengan maksud untuk membahas keadaan
politik Indonesia pada awal kemerdekaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana
landasan idiil dan konstitusional politik luar negeri Indonesia yang bebas
aktif?
b. Kapan
lahirnya politik luar negeri bebas aktif?
c. Bagaimana
keadaan politik luar negeri Indonesia pada masa demokrasi parlementer?
d. Bagaimana
keadaan politik luar negeri Indonesia pada masa demokrasi terpimpin?
e. Bagaimana
keadaan politik luar negeri Indonesia pada masa orde baru?
f. Bagaimana
keadaan politik luar negeri Indonesia pada era reformasi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas,
tujuan yang dapat di capai adalah sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan
landasan idiil dan konstitusional politik luar negeri Indonesia yang bebas
aktif.
b. Mendeskripsikan
lahirnya politik luar negeri bebas aktif.
c. Mendeskripsikan
keadaan politik luar negeri Indonesa pada masa demokrasi parlementer.
d. Mendeskripsikan
keadaan politik luar negeri Indonesia pada masa demokrasi terpimpin.
e. Mendeskripsikan
keadaaan politik luar negeri Indonesia padad masa orde baru.
f. Mendeskripsikan
keadaan politik luar negeri Indonesia pada era reformasi.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas dapat
diambil manfaat sebagai berikut :
1.
Bagi siswa, makalah ini dapat dijadikan
pembelajaran untuk menetahui tentang landasan idiil dan konstitusional politik
luar negeri Indonesia serta pelaksaanaannya.
2.
Bagi guru, makalah ini dapat digunakan
sebagai bahan ajar tambahan dalam proses belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Landasan
Idiil dan Konstitusional Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif
Landasan
idiil politik luar negeri Indonesia adalah Pancasila. Pancasila memuat
lima sila, yang didalamnya terkandung semua aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara, semua kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak boleh menyimpang
dari nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai dalam sila pancasila itu sendiri
mencakup seluruh sendi kehidupan manusia. Adapun landasan konstitusional
pelaksanaan politik luar negeri adalah Pembukaan Undang-undang Dasar(UUD)1945
alenia pertama dan alenia keempat.
Sebagai
landasan konstitusional pelaksanaan politik luar negeri indonesia terutama
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea pertama.Tujuan
politik luar negeri bebas aktif adalah untuk mengabdi kepada tujuan nasional
bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Sejak awal kemerdekaan
hingga masa Orde Lama, landasan operasional dari politik luar negeri Indonesia
yang bebas aktif sebagian besar dinyatakan melalui maklumat dan pidato-pidato
Presiden Soekarno pada tanggal 1 November 1945.
Selanjutnya
pada masa Demokrasi Terpimpin 1959-1965 landasan operasional politik luar
negeri Indonesia adalah berdasarkan UUD 1945 yang terdapat dalam pembukaan UUD
1945 alinea pertama, pasal 11 dan pasal 13 ayat 1 dan 2 UUD 1945, Amanat
Presiden yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada 17 Agustus 1959
atau dikenal sebagai “Manifesto Politik Republik Indonesia”. Amanat Presiden itu sendiri kemudian
dijadikan sebagai Garis Besar Haluan Negara. Berkaitan dengan kebijakan politik
luar negeri, Manifesto tersebut memuat tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek
a. Pedoman Pelaksanaan Manifesto Politik/Manipol
Indonesia
Berdasarkan
pada amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 yang terkenal dengan nama “Djalanja Revolusi Kita”, yang menetapkan
penegasan mengenai cara-cara pelaksanaan Manipol di bidang politik luar negeri.
Politik luar negeri Indonesia tidak netral, tidak menjadi penonton dan tidak
tanpa prinsip.
b. Pada Masa Orde Baru
Landasan
operasional politik luar negeri Indonesia kemudian semakin dipertegas dengan
beberapa peraturan formal, diantaranya adalah Ketetapan MPRS no. XII/ MPRS/1966
tanggal 5 Juli 1966 . TAP MPRS ini menyatakan bahwa sifat politik luar negeri
Indonesia adalah:
1.
Bebas aktif, anti-imperialisme dan kolonialisme
dalam segala bentuk manifestasinya dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2.
Mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat
penderitaan rakyat.
Selanjutnya
landasan operasional kebijakan politik luar negeri RI dipertegas lagi dalam Ketetapan
MPR tanggal 22 Maret 1973, yang berisi:
1.
Terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas
aktif dengan mengabdikannya kepada kepentingan nasional, khususnya pembangunan
ekonomi;
2.
Mengambil langkah-langkah untuk memantapkan
stabilitas wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya, sehingga memungkinkan
negara-negara di wilayah ini mampu mengurus masa depannya sendiri melalui
pembangunan ketahanan nasional masing-masing, serta memperkuat wadah dan
kerjasama antara negara anggota perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara;
3.
Mengembangkan kerjasama untuk maksud-maksud damai
dengan semua negara dan badan-badan internasional dan lebih meningkatkan
peranannya dalam membantu bangsa-bangsa yang sedang memperjuangkan
kemerdekaannya tanpa mengorbankan kepentingan dan kedaulatan nasional.
c.
Ketetapan-ketetapan MPR era Orde Baru
Dijabarkan
dalam pola umum pembangunan jangka panjang, pada intinya menyebutkan bahwa
dalam bidang politik luar negeri yang bebas dan aktif diusahakan agar Indonesia
dapat terus meningkatkan peranannya dalam memberikan sumbangannya untuk turut
serta menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil dan sejahtera. Namun
demikan, menarik untuk dicatat bahwa TAP MPR RI No. IV/MPR/1973 berbeda dengan
TAP MPRS tahun 1966.
d. Selanjutnya TAP MPR RI No. IV/MPR/1978
Pelaksanaan
politik luar negeri Indonesia juga telah diperluas, yaitu ditujukan untuk
kepentingan pembangunan di segala bidang. Realitas ini berbeda dengan TAP-TAP
MPR sebelumnya.
e. Pasca-Orde Baru
Atau dikenal
dengan periode Reformasi yang dimulai dari masa pemerintahan B.J. Habibie
sampai pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono secara substansif landasan
operasional politik luar negeri Indonesia dapat dilihat melalui: ketetapan MPR
No. IV/MPR/1999 tanggal 19 Oktober 1999 tentang garis-garis besar haluan negara
dalam rangka mewujudkan tujuan nasional periode 1999-2004. GBHN ini menekankan
pada faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya krisis ekonomi dan krisis
nasional pada 1997, yang kemudian dapat mengancam integrasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Diantaranya adanya ketidakseimbangan dalam kehidupan
sosial, politik, dan ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Oleh karena itu,
GBHN juga menekankan perlunya upaya reformasi di berbagai bidang, khususnya
memberantas segala bentuk penyelewengan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme
serta kejahatan ekonomi dan
penyalahgunaan kekuasaan.
Selanjutnya
ketetapan ini juga menetapkan sasaran-sasaran yang harus dicapai dalam
pelaksanaan politik dan hubungan luar negeri, yaitu:
1.
Menegaskan kembali pelaksanaan politik bebas dan
aktif menuju pencapaian tujuan nasional;
2.
Ikut serta di dalam perjanjian internasional dan
peningkatan kerja sama untuk kepentingan rakyat Indonesia;
3.
Memperbaiki performa, penampilan diplomat Indonesia
dalam rangka suksesnya pelaksanaan diplomasi pro-aktif di semua bidang;
4.
Meningkatkan kualitas diplomasi dalam rangka
mencapai pemulihan ekonomi yang cepat melalui intensifikasi kerja sama regional
dan internasional
5.
Mengintensifkan kesiapan Indonesia memasuki era
perdagangan bebas;
6.
Memperluas perjanjian ekstradisi dengan
negara-negara tetangga;
7.
Mengintensifkan kerja sama dengan negara-negara
tetangga dalam kerangka ASEAN dengan tujuan memelihara stabilitas dan
kemakmuran di wilayah Asia Tenggara.
2.2 Lahirnya Politik Luar Negeri Bebas
Aktif
Sifatpolitikluarnegeri
Indonesia yang bebasaktifbermuladarikonsepsiWakilPresiden.Drs. Mohammad
Hattadalampidatonya yang berjudulMendayung
di AntaraDuaKarang.Munculnyasifatpolitikluarnegeri Indonesia
didasariolehkondisiPerangDingindalamkonstelasipolitik global.Secarakeseluruhan,politikluarnegeri
Indonesia tidakhanyabersifatbebasaktifsaja, tetapipolitikluarnegeri Indonesia
jugaselalumengikutiarahperkembangankonstelasi global.
Berikutrumusansifatpolitikluarnegeri
Indonesia :
a.
BebasAktif
Sifatbebasaktifdilandasiolehalineakeempatdalampembukaan
UUD 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia turutsertadalammelaksanakanketertibandunia
yang berdasarkankemerdekaan, perdamaianabadi, dankeadilan sosial. Sifatbebasaktifinimenegaskan
bahwa Indonesia tidakmenoleransiadanyaintervensididalamurusansebuahnegara.
b.
Antikolonialisme
Dengansifatanti kolonialisme Indonesia menentangsecarategasadanyabentukpenguasaanataupenjajahanolehsatu
Negara terhadap Negara lainnya.
c.
OrientasipadaKepentinganNasional
Politik luar negeri Indonesia ditujukanuntukpencapaiankepentingannasional.
d.
Demokratis
Demokratisartinyabahwasegalakeputusan
konvensi yang dilakukanoleh Indonesia
dengannegaralainharusmendapatkanpersetujuandariwakilrakyatmelalui DPR.
Landasanidiilpolitikluarnegeri
Indonesia adalahPancasila, sedangkanlandasankonstitusionalnyaadalahPembukaan
UUD 1945 alineakeempat.PemerintahRepublik Indonesia padatanggal 2 September
1948 secarajelasmenyatakanpandangannyatentang politik luarnegeri Indonesia di
depansidangBadanPekerjaKomiteNasional Indonesia Pusat (BPKNIP).
Rumusan-rumusanpolitikluarnegeri Indonesia adalahsebagaiberikut.
a.
Drs.Moh. Hattadalambukunya yang berjudulDasar-DasarPolitikLuarNegeriRepublik
Indonesia. MempertegaspernyataanpolitikluarnegeriRepublik Indonesia.
Dalambukutersebutdirumuskantujuanpolitikluarnegeri Indonesia
adalahsebagaiberikut.
1)
Mempertahankankemerdekaanbangsadanmenjagakeselamatannegara
2)
Memperolehbarang-barangdariluaruntukmemperbesarkemakmuranrakyat.
3)
Meningkatkanperdamaianinternasionalkarenahanyadalamkeadaandamai
Indonesia dapatmembangun.
4)
Meningkatkanpersaudaraansegalabangsasebagaicita-cita
yang tersimpuldalamPancasila, dasar, danfalsafahnegara Indonesia.
b.
Dalam GBHN tahun 1978 merumuskanhalsenadadenganapa
yang tersimpuldalamDrs.Moh. Hatta.
c.
Saptakrida KabinetPembangunan
III denganketujuhsasarannyamenyatakanbahwasemakinberkembangnyapelaksanaanpolitikluarnegeri
Indonesia yang bebasdanaktifitubertujuanmengabdikankepadakepentingannasionaldalamrangkamemperkuatketahanannasional.
2.3
Politik
Luar Negeri Indonesia Masa Demokrasi Parlementer
Pada masa Demokrasi Parlementer,
Negara Kesatuan Republik Indonesia mempergunakan Undang - undang Dasar
Sementara ( UUDS ). Yang dimana pemerintahan yang dilakukan oleh kabinet
sifatnya parlementer. Dan terjadinya jatuh bangun sebuah kabinet itu tergantung
pada dukungan anggota parlemen. Dalam masa Sistem Pemerintahan Parlementer,
kehidupan politik Indonesia dipengaruhi oleh pemerintahan dengan tujuh masa
kabinet yang berbedabeda dimana para kabinetnya bertanggung jawab langsung
kepada parlemen (badan legislatif).
Sejak pertengahan tahun 1950 an,
Indonesia telah memprakarsai dan mengambil sejumlah kebijakan luar negeri yang
sangat penting dan monumental, seperti, Konferensi Asia Afrika di Bandung pada
tahun 1955. Konsep politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif merupakan
gambaran dan usaha Indonesia untuk membantu terwujudnya perdamaian dunia. Salah
satu implementasinya adalah keikutsertaan Indonesia dalam membentuk solidaritas
bangsa-bangsa yang baru merdeka dalam forum Gerakan Non-Blok (GNB) atau
(Non-Aligned Movement).
a. Kondisi
Indonesia dalam Politik Luar Negeri Masa Demokrasi Parlementer
Kondisi
Indonesia pada masa ini sangatlah rentan karena kinerja kabinetkabinet ini
sering mengalami ketegangan yang terjadi karena kelompok oposisi yang kuat dan
mengakibatkan konflik tentang mana yang lebih penting dalam proses perumusan
dan pembuatan kebijakan negara. Pada masa ini juga terjadi kegagalan
konstituante yang merupakan lembaga pembuat UUD dalam membuat undang-undang
baru bagi Indonesia. Kondisi politik yang tidak stabil ditambah juga dengan
kemunculan berbagai gerakan yang mengancam ketertiban dan stabilitas negara.
Berbagai permasalahan menyebabkan terpuruknya kondisi ekonomi Indonesia yang
jelas mempengaruhi infrastruktur lainnya. Dalam kondisi ini, pemerintah
Indonesia terus berupaya untuk memperbaiki keterpurukan tersebut. Kondisi
ekonomi pada masa demokrasi parlementer yaitu terlalu banyak uang yang beredar,
adanya kenaikan biaya hidup yang sangat tinggi, pertumbuhan penduduk yang sangat
tinggi namun tingkat kesejahteraan penduduk yang sangat rendah
b. Kebijakan
Dalam Masa Demokrasi Parlementer
Kebijakan-kebijakan
yang diambil antara lain yaitu gunting Syafrudin, yaitu pemotongan nilai mata
uang, Rp 2,5 rupiah menjadi bernilai setengah. Pada sistem ekonomi gerakan
benteng yaitu mengembangkan pengusaha pribumi. Nasionalisasi De Javasche Bank
yaitu merubah De Javasche Bank menjadi bank Indonesia, agar dapat menaikkan
pendapatan dan menurukan biaya eksport. Sistem Ekonomi Ali Baba yaitu para pengusaha
bekerjasam memajukan ekonomi Indonesia dengan cara memberikan kredit pada usaha
swasta nasional. Persaingan finansial ekonomi yaitu adanya masalah Finansial
ekonomi dengan pihak Belanda dimana Indonesia berusaha melepaskan diri dari
keterikatan ekonomi dengan Belanda.
Rencana
Pembangunan Lima Tahun yaitu perencanaan pembangunan Indonesia yang
direncanakan dilaksanakan tahun 1956 – 1961 Musyawarah Nasional Pembangunan
yaitu adanya ketegangan hubungan antara pusat dan yang bertujuan untuk mengubah
rencana pembangunan agar dapat menyusun rencana pembanguanan secara menyeluruh
dan untuk jangka panjang.
c. Pelaksanaan
Politik Luar Negeri Masa Demokrasi Parlementer
Pada
tahun 1950-1959, Indonesia telah menerapkan politik luar negeri dengan
melaksanakan berbagai hubungan dengan luar negeri baik berupa hubungan
bilateral maupun dalam organisasi oleh beberapa Negara. Indonesia juga tak
lepas dari permasalahan-permasalahan yang tersirat dalam perwujudannya politik
luar negeri semasa kabinet-kabinet pemimpin masa demokrasi parlementer. Politik
Luar Negeri Indonesia yang ada di dalam kabinet - kabinet tersebut antara lain
:
·
Masa
Kabinet Natsir (Penyelewengan Masalah Irian Barat)
Yaitu perundingan yang dilakukan
antara negara Indonesia dengan negara Belanda untuk menyelesaikan masalah Irian
Barat dan memasukannya ke dalam wilayah RI secepatnya.
·
Masa
Kabinet Sukiman (Politik Bebas Aktif)
Yaitu
Indonesia menerapkan asas bebas aktif pada politik luar negerinya, yang dimana
Bebas artinya tidak memihak dan Aktif artinya aktif menjalankan
kebijakan-kebijakan luar negerinya. MSA ( Mutual Security Act ) Yaitu
mengadakan MSA dengan Amerika Serikat untuk mendapatkan bantuan ekonomi dan
militer, yang dipandang lebih contong ke block barat. Perjanjian ini dianggap
pelanggaran terhadap politik luar negeri bebas aktif.
·
Masa
Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Konferensi Asia Afrika / KAA )
Yaitu
melaksanakan keputusan KAA, mengadakan konferensi tingkat tinggi Asia Afrika
yang diikuti oleh negaranegara dikawasan Asia Afrika yang diikuti oleh
negara-negara dikawasan Asia Afrika bertujuan untuk bekerjasama dibidang
ekonomi, kebudayaan, serta melawan kolonialisme dan melaksanakan hasil
keputusan KAA.
·
Masa
Kabinet Ali Sastroamidjojo II (Membatalkan Persetujuan Perjanjian KMB)
Yaitu
dikarenakan upaya pembebasan Irian Barat dari Belanda tidak memperoleh
penyelesaian yanmaksimal atau
memuaskan.
2.4
Politik
Luar Negeri Indonesia Masa Demokrasi Terpimpin
Padamasa demokrasiterpimpin (1959-1965),
politikluarnegeri Indonesia bersifat high profile,yang diwarnaisikap
anti-imperialismedankolonialsme yang tegasdancerderungbersifatkonfrontatif.Pada
masa DemokrasiTerpimpin, politikluarnegerijugaditandaidenganusahakeras. PresidenSoekarnomembuat
Indonesia semakindikenaldiduniainternasionalmelaluiberagamkonferensiinternasional
yang diadakanmaupun diikuti Indonesia.
PadamasapemerintahanPresidenSoekarno,
arahpolitikluarnegeri Indonesia tidakmengarahpadaduakubu, baik Blok Barat
maupun Blok Timur, sertatidak pula kedalamkubu global
padasaatituterbagimenjadiduabagian, yiatuold emerging forces (Oldefo) dannew
emerging forces(Nefo. Oldefoadalahkekuatan
Negara-negaraimperialisdankolonialisbarat, sedangkanNefoadalahkelompok
Negara-negarakomunisdenganberapa Negara baru di kawasan Asia danAfrika,
termasuk Indonesia.
Poladiplomasi yang dilakukanoleh Indonesia
dalammengenalkanNefodanOldefo di lakukanolehpresidenseokarno di berbagai forum
internasional, seperti PPB.Salah satuelemen yang
membangunkonsepsiNefodanOldefoadalahpidatopresidensoekarnodalam forum PBB
padatahun 1961 yang berjudulmembangunduniakembali.Dari pidatoinilah,
kemudiandewanpertimbanganagungmelaluikeputusan Nomor 2/Kpts/sd/I/1961 tanggal
19 januari 1961menyatakan bahwaGaris-GarisDasarPolitikLuarNegeriRepublik
Indonesia berdasarpada UUD 1945, dengansifatanti imperialism danantikolonialisme.
Dalamkebijakantersebutditekankanpulabahwatujuanpolitikluarnegeri Indonesia
adalahmengabdipadaperjuanganuntukkemerdekaan Indonesia penuh,
mengabdipadaperjuanganbagikemerdekaannasionaldariseluruhbangsa di dunia,
sertamengabdipadaperjuanganuntukmembelaperdamaiandunia.
Olehkarena Indonesia dalamkelompokNefo,
makacenderungmenjagajarakdengan Negara-negara Blok Barat
danmenjalinhubungandengan Negara Blok Timur.PolitikluarnegeriNefo-Oldefo,
kemudianberkembangsemankinradikalmenjadipolitikmercusuara danpolitikporos.
DemokrasiTerpimpindalampolitikluarnegerinyabanyakdiwarnaiperistiwa-peristiwainternasional
yang
cukupmembawaperubahandalamkehidupanmasyarakatdanpolitiknya.MasalahperdebatandanpembebasanIrian
Barat adalahsalahsatuperistiwapolitikluarnegeri yang
mewarnaihubunganinternasionalpadamasaDemokrasiTerpimpin.PadamasaDemokrasiTerpimpinjugabanyakdiwarnaiperistiwa-peristiwainternasional
yang melibatkan Indonesia
sebagaibagiandarimasyarakatinternasional.Politikluarnegeri Indonesia padamasademokrasiterpimpinmerupakansalahsatukajiansejarah
yang menarikdalampembabakansejarah Indonesia namuntakbanyak yang
menelaahteoripolitikluarnegerinyaterutamadalamduateoribesar.
2.5
Politik
Luar Negeri Indonesia Masa Orde Baru
Masa ordebarumerupakan salah satubentukperalihankekuasaandariPresiden
Soekarno kePresidenSoeharto. Ordebarumerupakansebutanpemisahbagirezim yang
berkuasa pada saatitu. Setelah lengsernya Soekarno pada tahun 1960an,
terjadiperubahan pada polahubunganluar negeri Indonesia, yang mana pada masa orde
lama terjalinhubungandiplomatik yang kurangbaikdenganbeberapa negara
karenakarakterpemimpin dan bangsabegitukuatdalampandanganInternasional,
apalagidenganfaktor power shift pascaPerangDingin yang menjadikanpolitik di
masa itusangatkuat dan tegasketikaberhadapandengan dunia luar.
Denganmenunjukkan power sebagai negara yang kuat, hubungandenganbeberapa negara
Asia Tenggara kurangbaik, padahalkitasebagaibangsa yang
berdaulatmembutuhkaninteraksidengan dunia luardalamsegalabidang.Pada masa
pemerintahanSoeharto, Indonesia lebihmemfokuskan pada pembangunan sector ekonomi.
Keterikatan pada
pola-polaekonomimaupunpolitikinternasionalmempunyaisignifikansi yang
tinggiuntukmemahamidinamika internal yang menjadi factor determinandalammempengaruhipolugri
pada masa kepemimpinanSoeharto. Faktor-faktorpolitik dan ekonomi yang dianggap
paling berpengaruhtersebutadalahkondisidomestik, modalitas, struktur dan proses
penentuanpolitikluar negeri, agenda utama, isu-isudomestik yang dominan dan
gayasertapolakepemimpinanpolitik
BerikutpernyataanPresidenSoehartomengenaipolitikluar
negeri Indonesia yang bebasaktif. Bagi Indonesia, politikluarnegerinya yang
berprinsip non-bloktidak identic dengantidak adanyaketerlibatan.
Itulahalasannyamengapa Indonesia lebihsukamengatakannyasebagaipolitikluar
negeri yang bebas dan aktifkarenapolitikluar negeri kitatidakhampa, mati,
atautidakberjalan. Politikluar negeri Indonesia adalahbebas di mana Indonesia
bebasdariikatanapapun juga, baikitudalamsecaramiliter,
politikataupunsecaraideologisbahwa Indonesia
benar-benarterbebasdariberbagaimasalahatauperistiwadengantidakadanyapengaruhdaripihakmanapun,
baiksecaramiliter, politis, ataupunsecaraideologis. (Kumar, 1997, hal. 35)
Seperti yang telahdisebutkansebelumnya, dalambidangpolitikluar negeri, kebijakanpolitikluar negeri Indonesia lebihmenaruhperhatiankhususterhadapsoalregionalisme. Para pemimpin Indonesia menyadaripentingnyastabilitas regional akandapatmenjaminkeberhasilanrencanapembangunan Indonesia. Kebijakanluar negeri Indonesia juga mempertahankanpersahabatandenganpihak Barat, memperkenalkanpintuterbuka bagi investor asing, sertabantuanpinjaman. PresidenSoeharto juga selalumenempatkanposisi Indonesia sebagaipemeranutamadalampelaksanaankebijakanluarnegerinyatersebut, sepertihalnya pada masa pemerintahanPresiden Soekarno. Beberapasikap Indonesia dalammelaksanakanpolitikluarnegerinyaadalah :
Indonesia segeramenghentikankonfrontasidengan Malaysia
Upayamengkahirikonfrontasiterhadap Malaysia dilakukan agar Indonesia mendapatkankembalikepercayaandari Barat dan membangunkembaliekonomi Indonesia melaluiinvestasi dan bantuandaripihakasing. Tindakanini juga dilakukanuntukmenunjukkan pada dunia bahwa Indonesia meninggalkankebijakanluarnegerinya yang agresif. Konfrontasiberakhirsetelah Adam Malik yang pada saatitumenjabatsebagai Menteri Luar Negeri menandatanganiPerjanjian Bangkok pada tanggal 11 Agustus 1966 yang isinya mengakui Malaysia sebagaisuatu negara.
Seperti yang telahdisebutkansebelumnya, dalambidangpolitikluar negeri, kebijakanpolitikluar negeri Indonesia lebihmenaruhperhatiankhususterhadapsoalregionalisme. Para pemimpin Indonesia menyadaripentingnyastabilitas regional akandapatmenjaminkeberhasilanrencanapembangunan Indonesia. Kebijakanluar negeri Indonesia juga mempertahankanpersahabatandenganpihak Barat, memperkenalkanpintuterbuka bagi investor asing, sertabantuanpinjaman. PresidenSoeharto juga selalumenempatkanposisi Indonesia sebagaipemeranutamadalampelaksanaankebijakanluarnegerinyatersebut, sepertihalnya pada masa pemerintahanPresiden Soekarno. Beberapasikap Indonesia dalammelaksanakanpolitikluarnegerinyaadalah :
Indonesia segeramenghentikankonfrontasidengan Malaysia
Upayamengkahirikonfrontasiterhadap Malaysia dilakukan agar Indonesia mendapatkankembalikepercayaandari Barat dan membangunkembaliekonomi Indonesia melaluiinvestasi dan bantuandaripihakasing. Tindakanini juga dilakukanuntukmenunjukkan pada dunia bahwa Indonesia meninggalkankebijakanluarnegerinya yang agresif. Konfrontasiberakhirsetelah Adam Malik yang pada saatitumenjabatsebagai Menteri Luar Negeri menandatanganiPerjanjian Bangkok pada tanggal 11 Agustus 1966 yang isinya mengakui Malaysia sebagaisuatu negara.
Indonesia
memainkanperananutamadalampembentukanorganisasi ASEAN pada tanggal 31 Juli
1961. ASEAN merupakanwadahbagipolitikluar negeri Indonesia. Kerjasama ASEAN
dipandangsebagaibagianterpentingdarikebijakanluar negeri Indonesia. Ada
konvergensikepentingannasionalantara negara-negara anggota ASEAN,
yaitupembangunanekonomi dan sikap non komunis. Dengandemikian, stabilitas
negara-negara anggota ASEAN bagikepentingannasional Indonesia
sendirisangatlahpenting. ASEAN dijadikan barometer
utamapelaksanaankerangkapolitikluar negeri Indonesia.
Berbagaikebutuhanmasyarakat Indonesia cobadifasilitasi dan dicarikansolusinyadalam
forum regional ini. PemerintahanSoehartocobamembangun Indonesia sebagai salah
satu negara Industribaru di kawasan Asia Tenggara,
sehinggapernahdisejajarkandengan Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand
sebagaimacan-macan Asia baru. Di sampingitu, poltikluar negeri Indonesia dalam
forum ASEAN, juga untukmembentukcitrapositif Indonesia sebagai salah satu
negara yang paling demokratis dan sangatlayakbagiinvestasiindustri.
Pasukan
Indonesia ke BosniaIndonesia melakukankunjungan dan mengirimkanpasukanpenjagaperdamaianke
Bosnia ketika Yugoslavia pecah dan terjadikericuhanantaramasyarakat Kristen dan
Islam di Bosnia. DalammenghadapikasusPerang Bosnia, Indonesia
lebihmenampilkanpolitikluar negeri yang bijak. Dengan kata lain, Indonesia
tidakmenampilkansikappolitik yang
terlaluberlebihandalammemandangpersoalaninternasional. Hal
initentumenjadiposisi yang tepatdilakukan Indonesia
selakuketua GNBPada masa
Soeharto, politikluar negeri Indonesia cenderungsangatkooperatifdengan
negara-negara lain, khususnya negara-negara Barat.
Konsepkebangsaanataunasionalitasdiidentikkandenganpercepatanpembangunandengankonsep
dan teknik yang diadopsidari negara-negara luar. Politikluar negeri Indonesia
juga masihcenderungpatronatifdengankebijakan dan orientasiideologi liberal yang
diusungdalamglobalisasi. Soerhartocenderungtundukkepada modal asing yang
sangatkuatpengaruhnyaterhadappembangunan negara-negara dunia ketiga. Hal ini
yang membuat Indonesia tidakmemilikikedaulatan dan otoritasuntukmengaturbangsa
dan negaranyasendiri.
KepemimpinanSoehartosecaraumummempunyaikarakteristik
yang berbedadenganpendahulunya. Diparuhpertamakepemimpinannya,
diacenderungadaptif dan low profile. Dan pada paruhterkhirkepemimpinannya,
sejak 1983, Soehartomengubahgayakepemimpinannyamenjadi high profile. Gayanyatersebutmempengaruhipilihan-pilihanpolitikluarnegerinya,
yang pada kenyataannyatidakdapatdilepaskandarikondisipolitik-ekonomi dan
keamanandalam negeri Indonesia. (Wuryandari, 2008, hal. 170) Dengannilaiingin
mensejahterahkanbangsa, Soehartomengambilgayarepresif (di dalam negeri) dan
akomodatif (di luar negeri).
Dalam
masa kepemimpinanSoeharto, diplomasimasihdigunakansebagai instrument politikluar
negeri yang dominan. Namun, pada masa pemerintahanSoeharto juga
diterapkandiplomasi yang bersifatkoersif, artinyadalammenerapkankebijakanSoehartoterkadangmenggunakanotoritaspenuh
yang dimilikinyasebagaiPresiden Indonesia
dengansedikitmemaksakankepadaseluruhperangkatpelaksanaan politikluarnegerinya
(para menteri dan lembagapemerintahan) dan kepadaseluruhrakyatnya.
Kebijakan-kebijakanEkonomi pada orientasiluar negeri
Soeharto juga menerapkankebijakanekonomi yang berorientasiluar negeri denganmelakukanpermintaanpinjamandariluar negeri yaitudenganmelakukanpermintaanpeminjamandariluar negeri. Pada 19-20 September 1966 diadakanlahperundingan di Tokyo untukmembahasmengenaipenangguhanpembayaran utang luar negeri Indonesia dan menjanjikan kemungkinanpencairan dana bantuanluar negeri untuk Indonesia. Perundinganitudikenaldengan Tokyo club' Negara-Negara majusepertiJepang,Inggris,Amerika Serikat,Prancis,Italia,Jerman Barat, Dan Belandamenanggapibaikmaksud Indonesia inikemudiandiadakannyaperundinganlanjutan di Paris yang kemudiandisebut Paris Club' Berikutinihasilperundingantersebut.Indonesia mendapatkanpenangguhanpembayaran utang luar negeri yang seharusnyadibayar pada tahun 1968 ditangguhkanhinggakurunwaktutahun 1972-1978. Utang-utang Indonesia yang jatuh tempo pada tahun 1969 dan 1970 juga mendapatkanpertimbanganuntukditundadenganpemberiansyarat-syarat yang lunakdalampelunasannya
Kebijakan-kebijakanEkonomi pada orientasiluar negeri
Soeharto juga menerapkankebijakanekonomi yang berorientasiluar negeri denganmelakukanpermintaanpinjamandariluar negeri yaitudenganmelakukanpermintaanpeminjamandariluar negeri. Pada 19-20 September 1966 diadakanlahperundingan di Tokyo untukmembahasmengenaipenangguhanpembayaran utang luar negeri Indonesia dan menjanjikan kemungkinanpencairan dana bantuanluar negeri untuk Indonesia. Perundinganitudikenaldengan Tokyo club' Negara-Negara majusepertiJepang,Inggris,Amerika Serikat,Prancis,Italia,Jerman Barat, Dan Belandamenanggapibaikmaksud Indonesia inikemudiandiadakannyaperundinganlanjutan di Paris yang kemudiandisebut Paris Club' Berikutinihasilperundingantersebut.Indonesia mendapatkanpenangguhanpembayaran utang luar negeri yang seharusnyadibayar pada tahun 1968 ditangguhkanhinggakurunwaktutahun 1972-1978. Utang-utang Indonesia yang jatuh tempo pada tahun 1969 dan 1970 juga mendapatkanpertimbanganuntukditundadenganpemberiansyarat-syarat yang lunakdalampelunasannya
Indonesia juga
tergabungkedalamInstitusiekonomiInternasionalseperti World Bank yang
waktuitumasihbernamainternasional Bank for Reconstruction and Development
(IBRD), Internasional Monetary Find (IMF), Internasional Development Agency
(IDA) dan Asian Development Bank (ADB). Dana bantuanluar negeri
tersebutkemudiandinamakansebagaiBuktiEkspor (BE)
Pada masa
pemerintahanpresidensoeharto, politikluar negeri
inodnesiamengalamipenyempurnaanseiringdengandikeluarkannyaketetapan MPRS Nomor
XII/MPRS/1966 yang berisitentangpenegasankembalilandasankebijaksananpolitik
luar negeri republik Indonesia.
Dalamketetapantersebutditegaskanbahwapelaksanaanpolitikluar negeri inodnesia di
arahkanuntukmencapaipembangunannasional, kemakmuranrakyat
,sertapenegasankebenaran dan keadilan.
Dalamrangkamenatakembalipolitikluar
negeri yang bebasaktif, cabinet Amperamengambillangkah-langkahsebagaiberikut.
a.
Mengakhirikonsfrontasidengan Malaysia.
b.
Indonesia masukkembalimenjadianggota
PBB agar tidakterkucildaripergaulanmasyarakatinternasional
c.
Menjalinpersahabatan dan kerjasama
dengan negara–negara tetanggayaitudenganmembentuk ASEAN
2 Hal tersebut di lakukan agar
Indonesia mendapatkankembalikepercayaandari negara barat dan
membangunkembaliekonomi Indonesia melaluiinvestasiasing dan bantuanasing.
Tindakanini juga dilakukandalamrangkamenunjukkan pada dunia bahwa Indonesia
telahmeninggalkankebijakanluar negeri yang agresif.
Landasanpolitikluar
negeri republik Indonesia pada masa ordebaruadalahsebagaiberikut.
a.
ketetapan MPRS Nomor XII/MPRS/1966
tentangpenegasankembalilandasankebijaksanaanpolitikluar negeri republik
Indonesia
b.
ketetapan MPRS Nomor XXIII/MPRS/1966
tentangpembaruankebijaksanaanlandasanEkonomi, Keuangan, dan pembanggunan.
c.
Ketetapan MPRS Nomor XI/MPRS/1968
tentangtugaspokok cabinet pembanggunan.
d.
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973
tentanggaris-garisbesarhaluan negara.
Pada
tahun1971,Malaysiamengajukansebuahkonseptentang Kawasan asia tenggara yang
damai, bebas, dan enteral ataulebih di kenaldengansebutanzone of peace,
freedom, and neutrality (ZOPFAN). Setelah itu, pada tahun 1983
indoneisapemperkenalkankonsepasia Zone (SEANWFZ). Konsep tersebut merupakancerminandariperanaktif
Indonesia dalammenjagastabilitas di Kawasan asiatenggara.
2.6
Politik
Luar Negeri Indonesia Era Reformasi
Pada awal reformasi, orientasi
politik luar negeri masih sangat dipengaruhi oleh kondisi domestik akibat
krisis multidimensional dan transisi pemerintahan. Perhatian utama politik luar
negeri Indonesia diarahkan pada upaya pemulihan kembali kepercayaan dunia
internasional terhadap Indonesia serta memulihkan perekonomian nasional. Saat
itu politik luar negeri Indonesia lebih banyak dipengaruhi perkembangan politik
domestik daripada politik internasional.
Pada awal masa pemerintahan B. J.
Habibie, disibukkan dengan usaha memperbaiki citra Indonesia di internasional
yang sempat terpuruk sebagai dampak krisis ekonomi di akhir era Orde Baru dan
kerusuhan pascajajak pendapat di Timor Timur. Dengan usaha kerasnya, Presiden
B. J. Habibie berhasil menarik simpati dari Dana Moneter Internasional (IMF)
dan Bank Dunia untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi.
Presiden B. J. Habibie juga menunjukkan cara berdemokrasi yang baik dengan
memilih tidak mau dicalonkan lagi menjadi Presiden setelah pertanggungjawabannya
ditolak oleh MPR-RI.
Pada masa pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid, hubungan RI dan negara-negara Barat sedikit mengalami
masalah setelah lepasnya Timor Timur dari NKRI. Presiden Abdurrahman Wahid
memiliki cita-cita mengembalikan citra Indonesia. Untuk itulah Presiden
Abdurrahman Wahid banyak melakukan kunjungan ke luar negeri. Dalam setiap
kunjungan luar negeri yang ekstensif, selama masa pemerintahannya yang singkat
Presiden Abdurrahman Wahid secara konstan mengangkat isu-isu domestik dalam
setiap pertemuannya dengan negara yang dikunjunginya. Termasuk dalam hal ini,
selain isu Timor Timur, adalah soal integritas tertorial Indonesia seperti
kasus Aceh, Papua, dan isu perbaikan ekonomi.
Diplomasi di era pemerintahan
Abdurrahman Wahid dalam konteks kepentingan nasional selain mencari dukungan
pemulihan ekonomi, rangkaian kunjungan ke mancan negara diarahkan pula pada
upaya-upaya menarik dukungan mengatasi konflik domestik, mempertahankan
integritas teritorial Indonesia, dan hal yang tak kalah penting adalah
demokratisasi melalui proses peran militer agar kembali ke peran profesional.
Ancaman terhadap disintegrasi nasional di era Presiden Abdurrahman Wahid
menjadi kepentingan nasional yang sangat mendesak dan menjadi prioritas. Akan
tetapi kebijakan politiknya itu ternyata dinilai oleh beberapa daerah
Indonesia. Faktor-faktor semacam inilah yang menjadikannya salah satu penyebab
pada awal tahun 2001, munculnya desakan dari DPR/MPR-RI agar Presiden
Abdurrahman Wahid meletakkan jabatan selaku Presiden.
Setelah Presiden Abdurrahman Wahid
turun dari jabatannya, Megawati dilantik menjadikan Presiden perempuan
pertamaku di Indonesia tanggapan 23 Juli 2001. Pada awal pemerintahan Presiden
Megawati suasana politik dan keamanan dalam negeri menjadi agak lebih kondusif.
Situasi ekonomi Indonesia mulai membaik yang ditandai dengan nilai tukar rupiah
yang stabil. Belajar dari pemerintahan sebelumnya, Presiden Megawati lebih
memperhatikan dan mempertimbangkan peran DPR dalam penentuan kebijakan luar negeri
dan diplomasi seperti diamanatkan dalam UUD 1945. Presiden Megawati juga lebih
memprioritaskan kunjungan mendatangi wilayah-wilayah konflik di tanah air.
Pada era pemerintahan Megawati,
disintegrasi nasional kasihan menjadi ancaman bagi keutuhan teritorial. Selain
itu, pada masa pemerintahan Megawati juga terjadi serangkaian ledakan bom di
tanah air. Sehingga dapat dipahami, jika isu terorisme menjadi perhatian serius
bagi pemerintahan Megawati.
Pada pemilu 2004 yang merupakan
pemilihan presiden secara langsung oleh masyarakat, Susilo Bambang Yudhoyono
terpilih menjadi presiden mengalahkan Megawati. Ia dilantik menjadi Presiden
Republik Indonesia ke-6 pada 20 Oktober 2004.
Selama eranya, Susilo Bambang
Yudhoyono berhasil mengubah citra Indonesia dan menarik banyak investasi asing
dengan menjalin berbagai kerja sama dengan banyak negara pada masa
pemerintahannya. Perubahan-perubahan global pun dijadikannya sebagai peluang.
Hal tersebut dapat dilihat dengan berbagai inisiatif Indonesia untuk menjembatani
pihak-pihak yang sedang bermasalah. Indonesia berhubungan baik dengan negara
manapun sejauh memberikan manfaat bagi Indonesia.
Pada masa pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono ciri politik luar negeri Indonesia antara lain sebagai
berikut.
a.
Terbentuknya
kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara lain.
b.
Terdapat
kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan-perubahan domestik dan
perubahan-perubahan yang terjadi di luar negeri.
c.
Bersifat
pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba menjalin hubungan
dengan siapa saja (baik negara, organisasi internasional, maupun perusahaan
multinasional) yang bersedia membantu Indonesia dan menguntungkan pihak
Indonesia..
d.
Konsep
TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia internasional. Prinsip-prinsip
dalam konsep ini adalah unity, harmony, security, leadership, prosperity. Prinsip-prinsip
itulah yang menjadi sasaran politik luar negeri Indonesia di tahun 2008 dan
selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Landasan
idiil dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan sebagai pedoman dan
pijakan dalam melaksanakan politik luar negeri Indonesia. Kelima sila dalam
Pancasila berisi pedoman dasar bagi pelaksanaan kehidupan manusia. Menurut Moh.
Hatta, Pancasila merupakan salah satu faktor objektif yang berpengaruh atas
politik luar negeri Indonesia. Hal tersebut karena Pancasila sebagai falsafah
Negara mengikat seluruh bangsa Indonesia sehingga golongan atau partai politik
mana pun yang berkuasa tidak boleh menjalankan suatu politik Negara yang
menyimpang dari pancasila. Ada pun landasan konstitusional pelaksanaan politik
luar negeri Indonesia adalah pembukaan undang-undang dasar (UUD) 1945 alinea
pertama dan alinea keemapat.
Sifat
politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif bermula dari konsepsi wakil
presiden, Drs. Mohammad Hatta dalam pidatonya yang berjudul mendayung di antara dua karang.
Munculnya sifat politik luar negeri Indonesia di dasari oleh kondisi perang
dingin dalam konstelasi politik global. Secara ke seluruhan, politik luar
negeri Indonesia tidak hanya bersifat bebas aktif saja, tetapi politik luar
negeri Indonesia juga selalu mengikuti arah perkembangan konstelasi global.
Pasca
kemerdekaan sampai tahun 1950-an prioritas politik luar negeri dan diplomasi
Indonesia di tunjukan untuk menentang segala maca bentuk penjajahan di atas
dunia, termasuk juga untuk memperoleh pengakuan internasional atas proses
dekolonisasi yang belum selesai di Indonesia, dan menciptakan perdamaian dan
ketertiban dunia melalui politik bebas aktifnya. Sejak pertengahan tahun
1950-an Indonesia telah memprakarsi dan mengambil sejumlah kebijakan luar
negeri yang sangat penting dan monumental, seperti konferesi Asia Afrika di
bandung pada tahun 1955.
Politik luar negeri Indonesia pada masa
Demokrasi Terpimpin bersifat high profile
yang diwarnai sikap antiimperialisme dan kolonialisme yang tegas dan
cenderung bersifat konfrontatif. Pada masa Demokrasi Terpimpin, politik luar
negeri juga ditandai dengan usaha keras Presiden Soekarno membuat Indonesia
semakin dikenal di dunia internasional
melalui beragam konferensi internasional yang diadakan maupun diikuti
Indonesia.Demokrasi Terpimpin dalam politik luar negerinya banyak diwarnai
peristiwa-peristiwa internasional yang cukup membawa perubahan dalam kehidupan
masyarakat dan politiknya. Masalah perdebatan dan pembebasan Irian Barat adalah
salah satu peristiwa politik luar negeri yang mewarnai hubungan internasional
pada masa Demokrasi Terpimpin. Pada masa Demokrasi Terpimpin juga banyak
diwarnai peristiwa-peristiwa internasional yang melibatkan Indonesia sebagai
bagian dari masyarakat internasional. Politik luar negeri Indonesia pada masa
demokrasi terpimpin merupakan salah satu kajian sejarah yang menarik dalam
pembabakan sejarah Indonesia namun tak banyak yang menelaah teori politik luar
negerinya terutama dalam dua teori besar.
Keadaan politik luar negeri Indonesia pada masa orde
baru yaitu tepatnya pada masa pemerintahan presiden Soeharto, politik luar
negeri Indonesia mengalami penyempurnaan seiring dengan keluarnya Ketetapan
MPRS Nomor XII/MPRS/1966 yang berisi tentang Penegasan Kembali Landasan
Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Indonesia. Masa orde baru merupakan salah satu bentuk peralihan
kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto. Orde baru merupakan
sebutan pemisah bagi rezim yang berkuasa pada saat itu. Setelah lengsernya
Soekarno pada tahun 1960an, terjadi perubahan pada pola hubungan luar negeri
Indonesia, yang mana pada masa orde lama terjalin hubungan diplomatik yang
kurang baik dengan beberapa negara karena karakter pemimpin dan bangsa begitu
kuat dalam pandangan Internasional, apalagi dengan faktor power shift pasca
Perang Dingin yang menjadikan politik di masa itu sangat kuat dan tegas ketika
berhadapan dengan dunia luar. Dengan menunjukkan power sebagai negara yang
kuat, hubungan dengan beberapa negara Asia Tenggara kurang baik, padahal kita
sebagai bangsa yang berdaulat membutuhkan interaksi dengan dunia luar dalam
segala bidang.Pada masa pemerintahan Soeharto, Indonesia lebih memfokuskan pada
pembangunan sector ekonomi. Keterikatan pada pola-pola ekonomi maupun politik
internasional mempunyai signifikansi yang tinggi untuk memahami dinamika
internal yang menjadi factor determinan dalam mempengaruhi polugri pada masa
kepemimpinan Soeharto.
Keadaan
politik pada awal reformasi pada saat itu masih sangat dipengaruhi oleh konidsi
domestic akibat krisis multidimensional dan transisi pemerintahan. Perhatian
utama politik luar negeri Indonesia pada masa itu ialah mengalihkan kepada
upaya pemulihan kembali kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia
serta memulihkan kembali perekonomian nasional.Pada awal masa pemerintahan B. J. Habibie, disibukkan
dengan usaha memperbaiki citra Indonesia di internasional yang sempat terpuruk
sebagai dampak krisis ekonomi di akhir era Orde Baru dan kerusuhan pasca jajak
pendapat di Timor Timur. Dengan usaha kerasnya, Presiden B. J. Habibie berhasil
menarik simpati dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk
mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi. Presiden B. J.
Habibie juga menunjukkan cara berdemokrasi yang baik dengan memilih tidak mau
dicalonkan lagi menjadi Presiden setelah pertanggung jawabannya ditolak oleh
MPR-RI.
3.2 Saran
Kita sebagai generasi penerus bangsa yang akan memimpin
bangsa ini di masa
depan marilah bersama-sama kita meningkatkan
pengetahuan untuk mengetahui perkembangan yang akan terjadi pada bangsa
sendiri, dan perlunya meningkatkan wawasan tentang perkembangan politik dan
perkembangan ekonomi sehingga menjadi bangsa dan negara yang maju, adil,
makmur, dan bijaksan, serta
megetahui sejarah negara kita megenai perkembangan politik dimasa lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Algianmyblog. (2018).Politik Luar Negeri Indonesia Masa Orde.
[ online ]. Tersedia : http://algianmyblog.blogspot.com/2018/01/politik-luar-negeri-indonesia-masa-orde.html.
Diakses tanggal 30 Januari 2020.
Readygo. (2016). Indonesia dalam
Panggung Dunia. [ online ]. Tersedia: https://readyygo.blogspot.com/2016/10/indonesia-dalam-panggung-dunia.html. Diakses tanggal 18 Januari 2020.
Pradono, Arif, dkk. 2018. Sejarah Indonesia. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
tag :
materi sejarah kelas 12 SMA
politik luar negeri Indonesia
sejarah Indonesia kelas XII
contoh makalah sejarah Indonesia kelas XII
mata pelajaran sejarah indonesia sekolah