Tuesday 10 January 2017

MAKALAH PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA (Kerajaan Banten, Kerajaan Mataram dan Kerajaan Makasar)



Download Makalah : Download


MAKALAH
PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
(Kerajaan Banten, Kerajaan Mataram dan Kerajaan Makasar)
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Sejarah
Guru Bidang Studi : Syafrizalman,M.Pd


Oleh,
Kelompok 2
Kelas XI IPA 1


1.      Istanada Nurika H.                       (Ketua)
NIS : 8062
2.      Widayani                                       (Sekretaris)
NIS : 8218
3.      Syahrian Agus Kurniawan            (Anggota)
NIS : 8201
4.      Chandra Wijaya                            (Anggota)
NIS : 7985
5.      M. Kurnia Noviansyah                  (Anggota)
NIS : 8018



SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 KUNDUR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
 Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul ”Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia”   dengan sebaik baiknya. Penyusunan makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatannya. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih terutama kepada guru bidang studi sejarah, yaitu Bapak Syafrizalman,M.Pd dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan proposal ini.
Adapaun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sejarah yang telah diberikan oleh  Bapak Syafrizalman,M.Pd. Selain itu makalah ini juga di buat sebagai suatu kajian terhadap perkembangan kerajaan Islam di Indonesia. Dengan Mmemaparkan materi antara lain : Perkembangan dan Penyebab runtuhnya Kerajaan Banten, Kerajaan Mataram dan Kerajaan Makasar. 
Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat menharapkan kritikan serta saran sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam penyusunan proposal ini

                                                                                                          Tanjungbatu, Oktober 2016
                                                                                                          Penulis,
                                                                                                         
                                                                                                         
                                                                                                          Kelompok  II













DAFTAR ISI

                                                                                                                        Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................................  ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I             PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang Masalah ........................................................................  1
1.2              Rumusan Masalah ..................................................................................  1
1.3              Tujuan ....................................................................................................  1
1.4              Manfaat ..................................................................................................  1
BAB II            PEMBAHASAN
2.1       Kerajaan Banten ....................................................................................  2                  2.2       Kerajaan Mataram .............................................................................................................  5                        2.3       Kerajaan Makassar .............................................................................................  8
BAB III          PENUTUP                
3.1       Kesimpulan ............................................................................................ 10
3.2       Saran ...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA
                                  















BAB 1
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Islam di Indonesia diyakini oleh sekitar 199.959.285 jiwa atau 85,2% dari total jumlah penduduknya. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia hingga bisa mencapai jumlah penganut yang begitu besar itu ternyata telah melalui sejarah yang sangat panjang. Masuknya agama Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kegiatan pelayaran dan perdagangan pada masa lampau. kalian Ingat bahwa kegiatan pelayaran dan pedagangan di perairan nusantara telah berlangsung sejak awal tahun Masehi. Pada waktu itu banyak pedagang dari India dan Cina yang mengadakan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Indonesia.
                        Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti : Samudera Pasai dan Aceh Darussalam (Sumatera), Pajang, Demak, Mataram, Cirebon, dan Banten (Jawa),  Banjar dan Kutai (Kalimantan), Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwa (Sulawesi).
                        Oleh karena itu makalah ini dibuat dengan maksud untuk membahas lebih dalam mengenai kerajaan Islam yang ada di Indonesia dan agar dapat dijadikan sebagai bahan belajar dan mengajar bagi guru dan siswa agar mengetahui sejarah-sejarah di Indonesia.

1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1        Bagaimana sejarah perkembangan dan penyebab keruntuhan Kerajaan Islam Banten?
1.2.2        Bagaimana sejarah perkembangan dan penyebab keruntuhan Kerajaan Islam Matarram?
1.2.3        Bagaimana sejarah perkembangan  dan penyebab keruntuhan Kerajaan Islam Makassar?

1.3              Tujuan
            Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang dapat kita capai adalah sebagai berikut :
1.3.1        Mendeskripsikan dan menjelaskan sejarah perkembangan dan penyebab runtuhnya kerajaan Islam Banten.
1.3.2        Mendeskripsikan dan menjelaskan sejarah perkembangan dan penyebab runtuhnya  kerajaan Islam Mataram.
1.3.3        Mendeskripsikan dan menjelaskan sejarah perkembangan dan penyebab runtuhnya kerajaan Islam Makassar.

1.4              Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas , dapat di ambil manfaat sebagai berikut:
1.4.1    Bagi siswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk mengetahui beberapa sejarah perkembangan kerajaan Islam di Indonesia.
1.4.2    Bagi guru, makalah ini dapat digunakan sebagai bahan ajaran tambahandalam proses belajar mengajar.
1.4.3    Makalah ini juga bisa berfungsi sebagai sumber referensi dalam kegiatan belajar mengajar



BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Kerajaan Banten
2.1.1    Letak Geografis
Secara geografis kerajaan banten terletak di daerah banten sekarang, yaitu di ujung barat pulau jawa.Dasar-dasar kerajaan banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra fatahillah) dan mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.Kerajaan Banten menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang melalui Selat Sunda.Dengan posisi yang strategis inilah, Kerajaan Banten berkembang menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa Barat, bahkan menjadi saingan berat VOC (Belanda) yang berkedudukan di Batavia.

2.1.2        Kehidupan Politik
a)      Hasanuddin (Tahun 1552-1570)
Daerah Banten setelah di islamkan oleh Fatahillah, kemudian diserahkan pada putranya yang bernama Hasanuddin.Hasanuddin di angkat sebagai raja pertama di Banten. Ia meletakkan dasar dasar pemerintahan Kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama. Pada masa pemerintahannya, agama islam dan kekuasaan kerajaan Banten berkembang cukup pesat.
b)      Panembahan Yusuf (Tahun 1570-1580)
Setelah Hasanuddin meninggal 1570 M, takhta kerajaan diteruskan putranya yang bernama Panembahan Yusuf dengan gelar Syekh Maulana Yusuf. Ia berupaya untuk memajukan pertanian dan pengairan untuk memperluas kerajaannya. Kerajan Pajajaran yang merupakan benteng terakhir kerajan Hindhu berhasil dikuasainya.  Setelah 10 tahun memerintah, Penembahan Yusuf akhirnya wafat.
c)      Maulana Muhammad (Tahun 1580-1596)
Pada akhir pemerintahan Panembahan Yusuf, hampir menjadi perang saudara antara Pangeran Japera dan Panembahan Yusuf.Pangeran jepara yang dibesarkan oleh Ratu Kalinyaman menuntut takhta Kerajaan Banten, tetapi Mangkubumi Kerajaan Banten dan pejabat-pejabat lainnya tidak menyetujuinya.Namun, permasalahan dapat di atasi dengan mengangkat putra mahkota Panembahan Yusuf yang baru berumur sembilan tahun bernama Maulana Muhammad dengan gelar Kanjeng Ratu Banten.Berhubung masih muda, Maulana Muhammad di dampingi oleh mangkubumi (patih) sampai sipa menjadi raja untuk memerintah.
d)     Abu Mufakir (Tahun 1596-1640)
Setelah Kanjeng Ratu Banten meninggal, takhta kerajaan diserahkan kepada putranya yang baru berumur lima bulan bernama Abu Mufakir. Berhubung baru berumur lima bulan, pemerintahan dipegang oleh seorang mangkubumi yaitu Pangeran Ranamenggala. Pada tahun 1624, Pangeran Ranamenggala meninggal dan Kerajaan Banten mulai mengalami kemunduran karena semakin kuatnya blokade VOC yang sudah menguasai Batavia.
e)      Sultan Ageng Tirtayasa (Tahun 1651-1692)
Setelah Abu Mufakir meninggal, kemudian di gantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Abu Maali Ahmad Rahmatullah, mengenai pemerintahan sultan ini tidak dapat diketahui dengan jelas.Setelah sultan Abu Maali wafat, kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa.
Dibawah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten mencapai masa kejayaan. Sultan Ageng Tirtayasa berupaya memperluas wilayahnya dan mengusir Belanda dari Batavia, Bahkan Sultan Ageng Tirtayasa juga berhasil memajukan perdagangan, sehingga Banten berkembang menjadi bandar Internasional yang dikunjungi oleh kapal-kapal Pesia, Arab,Cina,Inggris, Perancis dan Denmark.
Pada tahun 1671, Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota menjadi raja pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar.Sejak saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa beristirahat di Tirtayasa tetapi tetap Mengendalikan Pemerintahan Banten.Pada tahun 1674, Sultan Abdul Kahar berangkat ke Mekah, kemudian di lanjutkan mengunjungi Turki dan kembali lagi ke Banten pada tahun 1676. Sejak saat itu ia lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji.Ketika Sultan Haji memerintah Banten, Sultan Haji menjalin hubungan baik dengan Belanda, tetapi hubungan tersebut dijadikan kesempatan oleh Belanda untuk memasuki Banten. Melihat terjalinnya hubungan Sultan haji dan Belanda, Sultan Ageng Tirtayasa tidak senang dan menarik kembali Takhta kerajaan dari tangan Sultan Haji, namun Sultan Haji tetap mempertahankan takhta dan terjadinya perang saudara, Sultan Ageng pun akhirnya terpaksa mundur dari istana dan pindah ke kawasan yang dikenal dengan sebutan Tirtayasa. Namun pada 28 Desember 1682, kawasan Tirtayasa ini pun dikuasai oleh pihak Sultan Haji dan VOC dan membuat Sultan Ageng bersama putra yang lain pun mundur dari Makasar menuju selatan ke arah pedalaman Sunda. Kemudian pada 14 Maret 1683, Sultan Ageng pun tertangkap dan ditahan di Batavia.
Ditangkapnya Sultan Ageng ternyata tidak membuat pihak VOC berhenti. Pada 5 Mei 1683 VOC kemudian mengutus Untung Surapati yang berpangkat letnan bersama pasukan Balinya bergabung dengan pasukan dari Letnan Johannes Maurits van Happel untuk menaklukan kawasan Pamotan dan Dayeuh Luhur. Pasukan yang dipimpin oleh dua orang berpangkat letnan itu pun pada 14 Desember 1683 kemudian berhasil menaklukan daerah tersebut dan menangkap Syekh Yusuf yang merupakan anak dari Sultan Ageng yang ikut dalam pertempuran Sultan Ageng. Pangeran Purbaya yang juga anak Sultan Ageng kemudian menyerahkan diri karena kondisinya yang semakin terdesak.
Penyerahan diri putra dari Sultan Ageng ini pun tidak dilewatkan begitu saja oleh pihak musuh. Untung Surapati yang pada saat itu menjadi pemimpin pasukan, diperintahkan oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya. Ditengah perjalanan untuk membawa Pangeran Purbaya ke Batavia, pasukan Untung Surapati dihadang oleh pasukan VOC yang dipimpin oleh Willem Kuffeler yang mengakibatkan pertempuran di antara pasukan besar tersebut.
Pada 28 Januari 1684, pos pasukan Willem Kuffeler berhasil dihancurkan oleh pasukan Untung Surapati yang kahirnya menyebabkan Untung Surapati menjadi buronan VOC. Disamping itu, Pangeran Purbaya yang menjadi tawanan pun tetap berhasil dibawa ke Batavia pada 7 Febuari 1684.
Kerajaan Banten yang dipimpin oleh Sultan Haji pun berjalan dengan baik hingga pada tahun 1687, Sultan Haji pun meninggal dunia. Disaat inilah VOC mulai mencengkram pengaruhnya di kerajaan Islam di Pulau Jawa tersebut. Sepeninggalnya Sultan Haji, pengangkatan Sultan Banten pun kini diambil alih oleh Gubernur Hindia-Belanda. Dan kedudukan Sultan Haji pun digantikan oleh Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya yang berkuasa selama tiga tahun.
Selepas pergantian Kesultanan Banten tersebut, Gubernur Jendral Hindia-Belanda yang kala itu dipimpin oleh Herman Willem Deandels memerintahkan kepada Sultan Banten memindahkan ibukotanya ke Anyer dan menyediakan tenaga kerja untuk membangun Jalan Raya Pos. pembangunan jalan raya tersebut bertujuan untuk mempertahankan Pulau Jawa dari Serangan Inggris. Namun, Sultan Banten yang kala itu dipimpinn oleh Sultan Abu Mahasin Muhammad Zainul Abidin menolak. Penolakan Sultan Abu Mahasin Muhammad Zainul Abidin ini membuat Willem Deandels murka dan melakukan penyerangan atas Banten. Tidak hanya itu, pasukan dari Willem Deandels pun menghancurkan Istana Surosowan yang merupakan tempat tinggal sultan beserta keluarga. Sultan beserta keluarga kemudian disekap di Istana Surosowan atau Puri Intan dan dipenjarakan di Benteng Speelwijk.                                                                                           Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin yang merupakan sultan yang menggantikan Sultan Abu Mahasin Muhammad Zainul Abidin kemudian diasingkan dan dibuang ke Batavia. Dari peristiwa tersebut, wilayah Kerajaan Banten pun menjadi wilayah kekuasaan Hindia-Belanda dengan ditandai oleh pengumuman resmi dari Deandels pada 22 November 1808.            Akhirnya pada tahun 1813, pemerintahan kolonial Inggris yang kala itu berkuasa ditanah Nusantara resmi menghapus Kesultanan Banten. Pada tahun yang sama pula Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin yang merupakan pimpinan dari sisa-sisa kerajaan di Banten tersebut dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles. Inilah masa dimana Kerajaan di Banten pun berakhir.
2.1.3    Kehidupan Ekonomi
            Kerajaan banten dalam kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang
perdagangan. Hal tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a)      Kedudukan Kerajaan Banten sangat strategis di tepi Selat Sunda
b)      Banten memiliki bahan ekspor penting, yaitu lada sehingga menjadi daya tarik yang kuat bagi pedagang asing.
c)      Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memenuhi syarat sebagai pelabuhan dagang yang baik.
d)     Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong pedagang islam mencari daerah baru di Jawa Barat, yaitu Banten dan Cirebon
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya

2.1.4    Kehidupan Sosial Budaya
Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam
Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa.

           




2.2       Kerajaan Mataram
            2.2.1    Letak Geografis
Kerajaan mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Menurut berita-berita kuno tentang Mataram, wilayahnya Di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan. Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.                                                                                                                                  Di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan. Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.
2.2.2    Kehidupan Politik
Pada awal perkembangannya Kerajaan Mataram adalah daerah Kadipaten yang dikuasi oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu Raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan pajang. Ki Gede Pamanahan memiliki putra bernama Sutawijaya yang juga mengabdi kepada Raja Pajang sebagai Komando pasukan pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka Sutawijaya menggantikannya sebagai Adipati di Kota Gede tersebut. Setelah pemerintahan Hadiwijaya di Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang merupakan keturunan dari Raden Trenggono.                                       Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya. Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka perang saudara dapat diatasi dan karena ketidak mampuannya maka secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan tahtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah daerah Mataram. Berikut raja raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram :
a)    Penembahan Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo /Sutawijaya(1586-1601 M)
Pada awalnya daerah mataram merupan kadipaten yang diperintah oleh Kiai Gede Pamanahan(bekas kepala perajurit Hadiwijaya). Setelah Kiai Gede Penambahan wafat kedudukan sebagai adipati Mataram diganti oleh putranya yang bernama Sutawijaya denggan gelar Panembahan senopati ing Alogo Sayidin panotogomo. Sutawijaya bercita-cita mengguasai tanah Jawa.Cita-cita tersebut baru dapat dilaksanakan setelah Sultan Hadiwijaya wafat dan penyerahan takhta dari pangeran Benowo pada Semopati. Setelah berhasil membentuk Kerajaan Mataram, Senopati mengadakan perluasan wilayah pekerjaan dan menduduki daerah pesisir seperti Surabaya. Adipati Surabaya menjalin persekutuan dengan daerah Madiun dan daerah Ponorogo untuk menghadapi Mataram. Namun, Ponorogo dan Madiun berhasil dikuasai Mataram, selanjutnya Pasuruan dan Kediri berhasil direbut dan Adipati Surabaya berhasil dikalahkan. Dalam waktu yang singkat wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur telah menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Mataram.

b)   Mas Jolang / Panembahan Sedo Krapyak (1601-1613 M)
Pada masa pemerintahan Mas Jolang, Kerajaan Mataram diperluas lagi. Daerah yang dikuasai antara lain Ponorogo, Kertosono, Kediri, dan Wirosobo(Mojoagung). Pada tahun 1612 M Gresik-Jeratan berhasil dihancurkan. Namun karena berjangkitnya penyakit menular maka pasukan mataram yang langsung dipimpin oleh Mas Jolang Terpaksa kembali kepusat Mataram. Mas Jolang wafat pada tahun 1613 M di desa Krapyak dan dimakamkan di Pasar Gede. Mas Jolang diberi gelar Pangeran Sedaing Krapyak.
c)    Mas Rangsang / Sultan Agung Hanyokkrokusumo (1613-1645 )
Setelah Mas Jolang meninggal, Raden Mas Martapura mulai berkuasa. Namun karena selalu sakit-sakitan kemudian turun takhta dan diganti Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Senopati Ing Alogo Ngabdurrahman. Mas Rangsang ini merupakan Raja Mataram yang pertama yang memakai gelar sultan sehingga dikenal dengan sebutan Sultan Agung.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan. Selain sebagai raja, Sultan Agung juga tertarik dengan filsafat, kesusastraan, dan seni. Buku filsafat yang ditulis Sultan Agung adalah Sastra Gending. Pada masa pemerintahan Sultan Agung dua kali mengadakan serangan ke Batavia(1628 M dan 1629 M) tetapi mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut membuat Sultan Agung memperketat penjagaan di daerah perbatasan yang dekat dengan Batavia. Dengan penjagaan tersebut Belanda sulit menemukan daerah Mataram. Pada tahun 1645 M Sultan Agung wafat dan digantikan putranya yang mendapat gelar Amangkurat I.
d)   Amangkurat dan Paku Buwono
Setelah sepeninggal sultan agung Mataram tidak mempunyai pemimpin secakap beliau sehingga terjadi berbagai kekacauan. Pengganti Sultan agung secara berturut-tururt adalah :
·           Amangkurat I
·           Amangkurat II
·           Amangkurat III
·           Pakubuwana I
·           Amangkurat IV
·           Pakubuwana II
Pada waktu Amangkurat I berkuasa pribadi  raja ini sangat  berbeda dengan pribadi Sultan Agung.  Amangkurat  I adalah  seorang raja yang lemah, berpandangan sempit, dan sering bertindak kejam. Mataram mengalami kemunduran apalagi adanya pengaruh VOC yang semakin kuat. orang Belanda mulai masuk ke daerah kerajaan Mataram, bahkan Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Belanda di perbolehkan mendirikan benteng di kerajaan Mataram.                                                                                                                                    Pada masa pemerintahan Amangkurat II, wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram semakin sempit. Amangkurat II tidak tertarik untuk tinggal di ibu kota Kerajaan dan mendirikan ibu kota baru di desa Wonokerto yang diberi nama Kartasura. Di Kartasura itulah Amangkurat II menjalankan pemerintahannya hingga meninggal pada tahun 1703 M. Setelah raja Amangkurat II meninggal, kerajaan bertambah suram dan ditambah dengan adanya perjanjian Giyanti pada tahun 1755 M, kerajaan Mataram terbagi menjadi dua wilayah yaitu daerah Kesultanan Yogyakarta, lebih dikenal dengan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Mangkubumi sebagai rajanya, bergelar Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792 M); dan daerah Kasuhunan Surakarta diperintah oleh Susuhunan Paku Buwono III (1749-1788 M). Pada waktu terjadi perlawanan dari Mas Said, belanda mengadakan perjanjian Salatiga (1737 M). Perjanjian tersebut merupakan upaya Belanda untuk memperkecil wilayah kerajaan Mataram. Mas Said dinobatkan sebagai raja dengan gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara dengan wilayahnya diberi nama Mangkunegara.
Namun pada tahun 1813 M sebagai daerah dari Kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku adipati sehingga kerajaan Mataram yang kuat dibagi menjadi kerajaan Yogyakarta, Kesuhunan Surakarta, Kerajaan Pakualam, dan Kerajaan Mangkunegara. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan  Mataram yang Besar dan megah menjadi kerajaan – kerajaan kecil yang lemah dan tidak berdaya.
2.2.3    Kehidupan Ekonomi
Letak Kerajaan Mataram dipedalaman, maka Mataram berkembang sebagai Kerajaan Agraris yang menekankan dan mengandalkan Bidang Pertanian. Sekalipun demikian kegiatan perdagangan tetap diusahakan dan dipertahankan, karena Mataram juga menguasai daerah-daerah pesisir. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah persawahan yang luas terutama di Jawa Tengah, yang daerahnya juga subur dengan hasil utamanya adalah beras, disamping kayu, gula, kapas, kelapa dan Palawija. Sedangkan dalanm bidang perdaganagan, Beras merupakan komoditi utama, bahkan menjadi barang Ekspor karena pada abad 17 Mataram menjadi pengekspor Beras paling besar pada saat itu. Dengan demikian kehidupan ekonomi Mataram berkembang pesat karena didukung oleh hasil bumi Mataram yang besar.
2.2.4    Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai kerajaan yang bersifat Agraris, masyarakat Mataram disusun berdasarkan sistem Veodal dengan sistem tersebut maka Raja adalah pemilik tanah kerajaan beserta isinya. Untuk mrlaksanaksn pemerintahan, raja dibantu oleh seperangkat pegawai dan keluarga istana, yang mendapatkan upah atau gaji berupa tanah lungguh atau tanah garapan. Tanah lungguh tersebut dikelola oleh kepala desa (bekel) dan yang menggarapnya atau mengerjakannya adalah rakyat atau petani penggarap dengan membayar pajak/sewa tanah. Dengan adanya sistem Veodalisme tersebut, menyebabkan lahirnya tuan-tuan tanah di Jawa yang sangat berkuasa terhadap tanah-tanah yang dikuasinya. Sultan memiliki kedudukan yang tinggi juga dikenal sebagai Panatagama yaitu pengatur kehidupan keagamaan. Sedangkan dalam bidang kebudayaan, seni ukir, lukis, hias dan patung serta seni sastra berkembang pesat. Hal ini terlihat dari kreasi para seniman dalam pembuatan gapura, ukiran-ukiran di istana maupun tempat ibadah. Contohnya gapura Candi Bentar di makam Sunan Tembayat (Klaten) diperkirakan dibuat pada masa Sultan Agung.                                                                                                    Contoh lain hasil perpaduan budaya Hindu-Budha-Islam adalah penggunaan kalender Jawa, adanya Kitab Filsafat Sastra Gending dan Kitab Undang-Undang yang disebut Surya Alam. Contoh-contoh tersebut merupakan hasil karya dari Sultan Agung sendiri. Di samping itu juga adanya upacara Grebek pada hari-hari besar Islam yang ditandai berupa Kenduri Gunugan yamng dibuat dari berbagai makanan maupun hasil bumi. Upacara grebek tersebut merupakan tradisi sejak zaman Majapahit sebagai tanda terhadap pemujaan nenek moyang.







2.3       Kerajaan Makassar

            2.3.1    Letak Geografis
Kerajaan/Kesultanan Makassar . Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang terkenal adalah Gowa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya. Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makassar, agama Islam disebarkan ke berbagai daerah, bahkan sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

2.3.2    Kehidupan Politik
Makassar tumbuh menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini disebabkan letak Makassar yang strategis dan menjadi bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Lemahnya pengaruh Hindu-Buddha di kawasan ini menyebabkan nilai-nilai kebudayaan Islam yang dianut oleh masyarakat di Sulawesi Selatan menjadi ciri yang cukup menonjol dalam aspek kebudayaannya. Kerajaan Makassar mengembangkan kebudayaan yang didasarkan atas nilai-nilai Islam dan tradisi dagang. Berbeda dengan kebudayaan Mataram yang bersifat agraris, masyarakat Sulawesi Selatan memiliki tradisi merantau. Keterampilan membuat perahu phinisi merupakan salah satu aspek dari kebudayaan berlayar yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Berikut raja raja yang pernah memerintah di Kerajan Makassar sebagai berikut :
a)    Sultan Alaudin (1561 - 1638 M)
Raja Makassar yang pertama memeluk Islam bernama Raja Alauddin yang memerintah Makassar dari tahun 1561 - 1638 M. Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia perdagangan sehingga menyebabkan meningkatnya kesejahteraan Kerajaan Makassar. Setelah wafatnya Raja Alauddin, keadaan pemerintahan kerajaan tidak dapat diketahui dengan pasti.
b)   Sultan Muhammad said (Tahun 1639_1669)
Pada pemerintahan sultan muhammad said, pekembangan Makassar maju pesat sebagai Bandar transit, bahkan sultan muhammadd said juga pernah mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat berperang melawan belanda.
c)    Sultan Hasanuddin (1654-1660 M)
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660), Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan antara Goa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669). Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palakka (Arung Palakka) menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Perang ini juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan. 
Keberaniannya melawan Belanda membuat Sultan Hasanuddin dijuluki “Ayam Jantan dari Timur oleh orang-orang Belanda sendiri. Dalam perang ini Hasanuddin tidak berhasil mematahkan ambisi Belanda untuk menguasai Makassar. Dengan terpaksa, Makassar harus menyetujui Perjanjian Bongaya (1667) yang isinya sesuai dengan keinginan Belanda, yaitu:
1.    Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar.
2.    Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar.
3.    Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya yaitu daerah diluarnya.
4.    Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Walaupun perjanjian sudah ditandatangani, tetapi Sultan Hasanuddin tetap berjuang melawan Belanda. Setelah Benteng Sombaopu jatuh ke tangan Belanda, Sultan Hasanuddin turun takhta. Kekuasaannya diserahkan kepada putranya, Mappasomba. Belanda berharap Mapasomba dapat bekerja sama, namun sebaliknya, ia meneruskan perjuangan ayahnya. 
d)    Mapasomba
                              Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mapasomba. Sultan Hasanudddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda. Tujuannya agar Kerajaan Makassar dapat bertahan. Mapasomba jauh lebih keras daripada Ayahnya sehingga Belanda mengerahkan pasukan besar - besaran untuk menghadapi Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya.

2.3.3    Kehidupan Ekonomi
Makassar tumbuh menjadi pelabuhan yang ramai karena letaknya di tengahtengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatra, dan Malaka. Pertumbuhan Makassar makin cepat setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511), sedangkan Maluku dikuasai oleh Portugis dan Belanda. Banyak pedagang dari Malaka, Aceh, dan Maluku yang pindah ke Makassar. Para pedagang Makassar membawa beras dan gula dari Jawa dan daerah Makassar sendiri ke Maluku yang ditukarkan dengan rempah-rempah. Rempah-rempah itu lalu dijual ke Malaka dan pulangnya membawa dagangan, seperti kain dari India, sutra dan tembikar dari Cina, serta berlian dari Banjar.                                             Untuk menunjang Makasar sebagai pelabuhan transito dan untuk mencukupi kebutuhannya, maka kerajaan ini menguasai daerah-daerah sekitarnya. Di sebelah timur ditaklukanlah Kerajaan Bone; sedangan untuk memperlancar dan memperluas jalan perdagangan, Makasar mengusai daerah-daerah selatan, seperti pulau Selayar, Buton demikian juga Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian jalan perdagangan waktu musim Barat yang melalui sebelah Utara kepulauan Nusa Tenggara dan jalan perdagangan waktu musim Timur yang melalui sebelah selatan dapat dikuasainya.
2.3.4    Kehidupan Sosial Budaya
Mengingat Makasar sebagai kerajaan maritim dengan sumber kehidupan masyarakat pada aktivitas pelayaran perdagangan maka sebagian besar kebudayaannya dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Hasil kebudayaan yang terkenal dari Makasar adalah perahu Pinisi dan Lambo. Selain itu juga berkembang kebudayaan lain seperti seni bangun, seni sastra, seni suara dan sebagainya.



    

                

                       
           



BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass media mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia.                                                                             Masuknya agama Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kegiatan pelayaran dan perdagangan pada masa lampau. kalian Ingat bahwa kegiatan pelayaran dan pedagangan di perairan nusantara telah berlangsung sejak awal tahun Masehi. Pada waktu itu banyak pedagang dari India dan Cina yang mengadakan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Indonesia.                                                                                          Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk local. Maka dari itu banyak sekali kerajaan Islam yang tumbuh di Indonesia.
3.2       Saran
Demikianlah makalah yang telah kami susun. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan pembaca mengenai makalah ini.  Kami meminta maaf apabila terdapat kesalah dalam penyusunan makalah ini. Kami jusa sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.


















DAFTAR PUSTAKA
Wayan Badrika, I (2006), Sejarah SMA kela XI Program IPA. Jakarta : Erlangga.
Rahardian F, Berta (2006) Sejarah SMA/MA kelas XI Semester Gasal Program IPA. Jawa Tengah : Viva Pakarindo.
Pendidikan Visiuniversal. 2015. Sejarah Kerajaan Kerajaan Islam. http://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-kerajaan-kerajaan-islam-di.html Diakses pada tanggal 20 Oktober 2016
Furotul Fujaroh. 2016 . Kerajaan Kerajaan Islam. http://furotul29.blogspot.co.id/2016/02/makalah-ski-kerajaan-kerajaan-islam-di.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2016
Wikipedia. Kesultana Banten. https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2016
Siswa Zona .2015. Sejarah Kerajaan Kehidupan Banten. http://www.zonasiswa.com/2015/06/sejarah-kerajaan-banten-kehidupan.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2016
Fresyhana. 2011. Kerajaan Mataram Islam. https://fersyhana.wordpress.com/2011/12/19/kerajaan-mataram-islam/ Diakses pada tanggal 26 Oktober 2016
Azzahra Wardah. 2013. Kerajaan Mataram Islam. http://wardah-azzahra.blogspot.co.id/2013/09/kerajaan-mataram-islam.html. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2016
Ireng Kopi. 2015. Sejarah Kerajaan Kesultanan Mataram. http://www.kopi-ireng.com/2015/03/sejarah-kerajaan-kesultanan-mataram.html Diakses pada tanggal 28 Oktober 2016
Siswa Zona. 2015. Sejarah Kerajaan Makassar. http://www.zonasiswa.com/2015/06/sejarah-kerajaan-makassar-kehidupan.html. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2016
 Kharisma Falah. 2016. Sejarah Kerajaan Islam di Sulawesi. http://falah-kharisma.blogspot.co.id/2016/03/sejarah-kerajaan-islam-di-sulawesi.html. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2016












No comments:

Post a Comment