Download Makalah : Download
MAKALAH
PERKEMBANGAN
KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
(Kerajaan
Banten, Kerajaan Mataram dan Kerajaan Makasar)
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Sejarah
Guru Bidang Studi : Syafrizalman,M.Pd
Oleh,
Kelompok
2
Kelas
XI IPA 1
1. Istanada
Nurika H. (Ketua)
NIS
: 8062
2. Widayani (Sekretaris)
NIS
: 8218
3. Syahrian
Agus Kurniawan (Anggota)
NIS
: 8201
4. Chandra
Wijaya (Anggota)
NIS
: 7985
5. M.
Kurnia Noviansyah (Anggota)
NIS
: 8018
SEKOLAH
MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 KUNDUR
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas
berkat, rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul ”Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia” dengan sebaik baiknya. Penyusunan makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatannya. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih
terutama kepada guru bidang studi sejarah, yaitu Bapak Syafrizalman,M.Pd dan
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan proposal ini.
Adapaun
tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sejarah yang
telah diberikan oleh Bapak
Syafrizalman,M.Pd. Selain itu makalah ini juga di buat sebagai suatu kajian
terhadap perkembangan kerajaan Islam di Indonesia. Dengan Mmemaparkan materi
antara lain : Perkembangan dan Penyebab runtuhnya Kerajaan
Banten, Kerajaan Mataram dan Kerajaan Makasar.
Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat menharapkan kritikan serta saran sehingga kami dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam penyusunan proposal ini
Tanjungbatu,
Oktober 2016
Penulis,
Kelompok II
DAFTAR
ISI
Hal
KATA
PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3
Tujuan .................................................................................................... 1
1.4
Manfaat .................................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Kerajaan Banten .................................................................................... 2 2.2 Kerajaan Mataram ............................................................................................................. 5 2.3 Kerajaan Makassar ............................................................................................. 8
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10
3.2 Saran ...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang mayoritas
penduduknya menganut agama Islam. Islam di Indonesia diyakini oleh sekitar
199.959.285 jiwa atau 85,2% dari total jumlah penduduknya. Masuk dan
berkembangnya agama Islam di Indonesia hingga bisa mencapai jumlah penganut
yang begitu besar itu ternyata telah melalui sejarah yang sangat panjang.
Masuknya agama Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kegiatan
pelayaran dan perdagangan pada masa lampau. kalian Ingat bahwa kegiatan
pelayaran dan pedagangan di perairan nusantara telah berlangsung sejak awal
tahun Masehi. Pada waktu itu banyak pedagang dari India dan Cina yang
mengadakan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Indonesia.
Sebelum penjajah Belanda datang ke
Indonesia, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti :
Samudera Pasai dan Aceh Darussalam (Sumatera), Pajang, Demak, Mataram, Cirebon,
dan Banten (Jawa), Banjar dan Kutai
(Kalimantan), Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwa (Sulawesi).
Oleh karena
itu makalah ini dibuat dengan maksud untuk membahas lebih dalam mengenai
kerajaan Islam yang ada di Indonesia dan agar dapat dijadikan sebagai bahan
belajar dan mengajar bagi guru dan siswa agar mengetahui sejarah-sejarah di
Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1
Bagaimana sejarah perkembangan dan penyebab keruntuhan
Kerajaan Islam Banten?
1.2.2
Bagaimana sejarah perkembangan dan penyebab keruntuhan Kerajaan
Islam Matarram?
1.2.3
Bagaimana sejarah perkembangan dan penyebab keruntuhan Kerajaan Islam
Makassar?
1.3
Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang dapat kita
capai adalah sebagai berikut :
1.3.1
Mendeskripsikan dan menjelaskan sejarah perkembangan dan
penyebab runtuhnya kerajaan Islam Banten.
1.3.2
Mendeskripsikan dan menjelaskan sejarah perkembangan dan
penyebab runtuhnya kerajaan Islam
Mataram.
1.3.3
Mendeskripsikan dan menjelaskan sejarah perkembangan dan
penyebab runtuhnya kerajaan Islam Makassar.
1.4
Manfaat
Berdasarkan tujuan di
atas , dapat di ambil manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Bagi
siswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk mengetahui
beberapa sejarah perkembangan kerajaan Islam di Indonesia.
1.4.2 Bagi
guru, makalah ini dapat digunakan sebagai bahan ajaran tambahandalam proses
belajar mengajar.
1.4.3 Makalah
ini juga bisa berfungsi sebagai sumber referensi dalam kegiatan belajar
mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerajaan Banten
2.1.1 Letak Geografis
Secara geografis kerajaan banten terletak
di daerah banten sekarang, yaitu di ujung barat pulau jawa.Dasar-dasar kerajaan
banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra fatahillah) dan mencapai kejayaan pada
masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.Kerajaan Banten menjadi penguasa jalur
pelayaran dan perdagangan yang melalui Selat Sunda.Dengan posisi yang strategis
inilah, Kerajaan Banten berkembang menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa Barat,
bahkan menjadi saingan berat VOC (Belanda) yang berkedudukan di Batavia.
2.1.2
Kehidupan Politik
a)
Hasanuddin (Tahun 1552-1570)
Daerah Banten setelah di islamkan oleh
Fatahillah, kemudian diserahkan pada putranya yang bernama
Hasanuddin.Hasanuddin di angkat sebagai raja pertama di Banten. Ia meletakkan
dasar dasar pemerintahan Kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja
pertama. Pada masa pemerintahannya, agama islam dan kekuasaan kerajaan Banten
berkembang cukup pesat.
b)
Panembahan Yusuf (Tahun 1570-1580)
Setelah Hasanuddin meninggal 1570 M,
takhta kerajaan diteruskan putranya yang bernama Panembahan Yusuf dengan gelar
Syekh Maulana Yusuf. Ia berupaya untuk memajukan pertanian dan pengairan untuk
memperluas kerajaannya. Kerajan Pajajaran yang merupakan benteng terakhir
kerajan Hindhu berhasil dikuasainya.
Setelah 10 tahun memerintah, Penembahan Yusuf akhirnya wafat.
c)
Maulana Muhammad (Tahun 1580-1596)
Pada akhir pemerintahan Panembahan
Yusuf, hampir menjadi perang saudara antara Pangeran Japera dan Panembahan
Yusuf.Pangeran jepara yang dibesarkan oleh Ratu Kalinyaman menuntut takhta
Kerajaan Banten, tetapi Mangkubumi Kerajaan Banten dan pejabat-pejabat lainnya
tidak menyetujuinya.Namun, permasalahan dapat di atasi dengan mengangkat putra
mahkota Panembahan Yusuf yang baru berumur sembilan tahun bernama Maulana
Muhammad dengan gelar Kanjeng Ratu Banten.Berhubung masih muda, Maulana
Muhammad di dampingi oleh mangkubumi (patih) sampai sipa menjadi raja untuk
memerintah.
d)
Abu Mufakir (Tahun 1596-1640)
Setelah Kanjeng Ratu Banten meninggal,
takhta kerajaan diserahkan kepada putranya yang baru berumur lima bulan bernama
Abu Mufakir. Berhubung baru berumur lima bulan, pemerintahan dipegang oleh
seorang mangkubumi yaitu Pangeran Ranamenggala. Pada tahun 1624, Pangeran
Ranamenggala meninggal dan Kerajaan Banten mulai mengalami kemunduran karena
semakin kuatnya blokade VOC yang sudah menguasai Batavia.
e)
Sultan Ageng Tirtayasa (Tahun 1651-1692)
Setelah Abu Mufakir meninggal, kemudian
di gantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Abu Maali Ahmad Rahmatullah,
mengenai pemerintahan sultan ini tidak dapat diketahui dengan jelas.Setelah
sultan Abu Maali wafat, kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan
Ageng Tirtayasa.
Dibawah kekuasaan Sultan Ageng
Tirtayasa, Kerajaan Banten mencapai masa kejayaan. Sultan Ageng Tirtayasa
berupaya memperluas wilayahnya dan mengusir Belanda dari Batavia, Bahkan Sultan
Ageng Tirtayasa juga berhasil memajukan perdagangan, sehingga Banten berkembang
menjadi bandar Internasional yang dikunjungi oleh kapal-kapal Pesia,
Arab,Cina,Inggris, Perancis dan Denmark.
Pada tahun 1671, Sultan Ageng Tirtayasa
mengangkat putra mahkota menjadi raja pembantu dengan gelar Sultan Abdul
Kahar.Sejak saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa beristirahat di Tirtayasa tetapi
tetap Mengendalikan Pemerintahan Banten.Pada tahun 1674, Sultan Abdul Kahar
berangkat ke Mekah, kemudian di lanjutkan mengunjungi Turki dan kembali lagi ke
Banten pada tahun 1676. Sejak saat itu ia lebih dikenal dengan sebutan Sultan
Haji.Ketika Sultan Haji memerintah Banten, Sultan Haji menjalin hubungan baik
dengan Belanda, tetapi hubungan tersebut dijadikan kesempatan oleh Belanda
untuk memasuki Banten. Melihat terjalinnya hubungan Sultan haji dan Belanda,
Sultan Ageng Tirtayasa tidak senang dan menarik kembali Takhta kerajaan dari
tangan Sultan Haji, namun Sultan Haji tetap mempertahankan takhta dan
terjadinya perang saudara, Sultan Ageng pun akhirnya terpaksa mundur dari
istana dan pindah ke kawasan yang dikenal dengan sebutan Tirtayasa. Namun pada
28 Desember 1682, kawasan Tirtayasa ini pun dikuasai oleh pihak Sultan Haji dan
VOC dan membuat Sultan Ageng bersama putra yang lain pun mundur dari Makasar
menuju selatan ke arah pedalaman Sunda. Kemudian pada 14 Maret 1683, Sultan
Ageng pun tertangkap dan ditahan di Batavia.
Ditangkapnya Sultan Ageng ternyata
tidak membuat pihak VOC berhenti. Pada 5 Mei 1683 VOC kemudian mengutus Untung
Surapati yang berpangkat letnan bersama pasukan Balinya bergabung dengan
pasukan dari Letnan Johannes Maurits van Happel untuk menaklukan kawasan
Pamotan dan Dayeuh Luhur. Pasukan yang dipimpin oleh dua orang berpangkat
letnan itu pun pada 14 Desember 1683 kemudian berhasil menaklukan daerah
tersebut dan menangkap Syekh Yusuf yang merupakan anak dari Sultan Ageng yang
ikut dalam pertempuran Sultan Ageng. Pangeran Purbaya yang juga anak Sultan
Ageng kemudian menyerahkan diri karena kondisinya yang semakin terdesak.
Penyerahan diri putra dari Sultan Ageng
ini pun tidak dilewatkan begitu saja oleh pihak musuh. Untung Surapati yang
pada saat itu menjadi pemimpin pasukan, diperintahkan oleh Kapten Johan Ruisj
untuk menjemput Pangeran Purbaya. Ditengah perjalanan untuk membawa Pangeran
Purbaya ke Batavia, pasukan Untung Surapati dihadang oleh pasukan VOC yang
dipimpin oleh Willem Kuffeler yang mengakibatkan pertempuran di antara pasukan
besar tersebut.
Pada 28 Januari 1684, pos pasukan
Willem Kuffeler berhasil dihancurkan oleh pasukan Untung Surapati yang kahirnya
menyebabkan Untung Surapati menjadi buronan VOC. Disamping itu, Pangeran
Purbaya yang menjadi tawanan pun tetap berhasil dibawa ke Batavia pada 7
Febuari 1684.
Kerajaan Banten yang dipimpin oleh
Sultan Haji pun berjalan dengan baik hingga pada tahun 1687, Sultan Haji pun
meninggal dunia. Disaat inilah VOC mulai mencengkram pengaruhnya di kerajaan
Islam di Pulau Jawa tersebut. Sepeninggalnya Sultan Haji, pengangkatan Sultan
Banten pun kini diambil alih oleh Gubernur Hindia-Belanda. Dan kedudukan Sultan
Haji pun digantikan oleh Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya yang berkuasa selama
tiga tahun.
Selepas pergantian Kesultanan Banten
tersebut, Gubernur Jendral Hindia-Belanda yang kala itu dipimpin oleh Herman
Willem Deandels memerintahkan kepada Sultan Banten memindahkan ibukotanya ke Anyer dan menyediakan tenaga kerja untuk
membangun Jalan Raya Pos. pembangunan jalan raya tersebut bertujuan untuk
mempertahankan Pulau Jawa dari Serangan Inggris. Namun, Sultan Banten yang kala
itu dipimpinn oleh Sultan Abu Mahasin Muhammad Zainul Abidin menolak. Penolakan
Sultan Abu Mahasin Muhammad Zainul Abidin ini membuat Willem Deandels murka dan
melakukan penyerangan atas Banten. Tidak hanya itu, pasukan dari Willem
Deandels pun menghancurkan Istana Surosowan yang merupakan tempat tinggal
sultan beserta keluarga. Sultan beserta keluarga kemudian disekap di Istana
Surosowan atau Puri Intan dan dipenjarakan di Benteng Speelwijk. Sultan
Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin yang merupakan sultan yang
menggantikan Sultan Abu Mahasin Muhammad Zainul Abidin kemudian diasingkan dan
dibuang ke Batavia. Dari peristiwa tersebut, wilayah Kerajaan Banten pun menjadi wilayah kekuasaan
Hindia-Belanda dengan ditandai oleh pengumuman resmi dari Deandels pada 22
November 1808. Akhirnya pada
tahun 1813, pemerintahan kolonial Inggris yang kala itu berkuasa ditanah
Nusantara resmi menghapus Kesultanan Banten. Pada tahun yang sama pula Sultan
Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin yang merupakan pimpinan dari
sisa-sisa kerajaan di Banten tersebut dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh
Thomas Stamford Raffles. Inilah masa dimana Kerajaan di Banten pun berakhir.
2.1.3 Kehidupan Ekonomi
Kerajaan banten dalam
kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang
perdagangan. Hal tersebut
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a)
Kedudukan Kerajaan Banten sangat strategis di tepi Selat
Sunda
b)
Banten memiliki bahan ekspor penting, yaitu lada sehingga
menjadi daya tarik yang kuat bagi pedagang asing.
c)
Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya
memenuhi syarat sebagai pelabuhan dagang yang baik.
d)
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong pedagang islam
mencari daerah baru di Jawa Barat, yaitu Banten dan Cirebon
Banten yang menjadi maju banyak
dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan
sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan
menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan,
orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan Kampung
Banda, Kampung Jawa dan sebagainya
2.1.4 Kehidupan
Sosial Budaya
Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah
(Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial masyarakat secara berangsur- angsur
mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan
Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman. Pendukung kerajaan
Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan, mereka
dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang
artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan
menolak pengaruh Islam
Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa
Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena sultan memerhatikan kehidupan dan
kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan
adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat berubah
merosot tajam. Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung
Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping
itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda,
pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya
menyerupai istana raja di Eropa.
2.2 Kerajaan Mataram
2.2.1 Letak Geografis
Kerajaan mataram berdiri pada tahun
1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di
Kotagede. Menurut berita-berita kuno tentang Mataram, wilayahnya Di daerah
aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan. Membentang antara
Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai
Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan Laut
Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia
yang digambarkan sebagai pusat jagad. Di
daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan. Membentang
antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara
Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan
Laut Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat
dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.
2.2.2 Kehidupan
Politik
Pada awal perkembangannya Kerajaan Mataram adalah daerah Kadipaten yang
dikuasi oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran
Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu Raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas
jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang
munculnya kerajaan pajang. Ki Gede Pamanahan memiliki putra bernama Sutawijaya
yang juga mengabdi kepada Raja Pajang sebagai Komando pasukan pengawal raja.
Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka Sutawijaya menggantikannya
sebagai Adipati di Kota Gede tersebut. Setelah pemerintahan Hadiwijaya di
Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara antara Pangeran Benowo
putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang merupakan keturunan
dari Raden Trenggono. Akibat
dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai Pajang
melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo meminta
bantuan kepada Sutawijaya. Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka perang
saudara dapat diatasi dan karena ketidak mampuannya maka secara sukarela
Pangeran Benowo menyerahkan tahtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian
berakhirlah Kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah daerah Mataram.
Berikut raja raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram :
a)
Penembahan Senopati Ing Alogo Sayidin
Panotogomo /Sutawijaya(1586-1601 M)
Pada awalnya daerah mataram merupan
kadipaten yang diperintah oleh Kiai Gede Pamanahan(bekas kepala perajurit
Hadiwijaya). Setelah Kiai Gede Penambahan wafat kedudukan sebagai adipati
Mataram diganti oleh putranya yang bernama Sutawijaya denggan gelar Panembahan
senopati ing Alogo Sayidin panotogomo. Sutawijaya bercita-cita mengguasai tanah
Jawa.Cita-cita tersebut baru dapat dilaksanakan setelah Sultan Hadiwijaya wafat
dan penyerahan takhta dari pangeran Benowo pada Semopati. Setelah berhasil
membentuk Kerajaan Mataram, Senopati mengadakan perluasan wilayah pekerjaan dan
menduduki daerah pesisir seperti Surabaya. Adipati Surabaya menjalin
persekutuan dengan daerah Madiun dan daerah Ponorogo untuk menghadapi Mataram.
Namun, Ponorogo dan Madiun berhasil dikuasai Mataram, selanjutnya Pasuruan dan
Kediri berhasil direbut dan Adipati Surabaya berhasil dikalahkan. Dalam waktu
yang singkat wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur telah menjadi bagian dari
kekuasaan Kerajaan Mataram.
b)
Mas Jolang / Panembahan Sedo Krapyak (1601-1613 M)
Pada masa pemerintahan Mas Jolang,
Kerajaan Mataram diperluas lagi. Daerah yang dikuasai antara lain Ponorogo,
Kertosono, Kediri, dan Wirosobo(Mojoagung). Pada tahun 1612 M Gresik-Jeratan
berhasil dihancurkan. Namun karena berjangkitnya penyakit menular maka pasukan
mataram yang langsung dipimpin oleh Mas Jolang Terpaksa kembali kepusat
Mataram. Mas Jolang wafat pada tahun 1613 M di desa Krapyak dan dimakamkan di
Pasar Gede. Mas Jolang diberi gelar Pangeran Sedaing Krapyak.
c)
Mas Rangsang /
Sultan Agung Hanyokkrokusumo (1613-1645 )
Setelah Mas Jolang meninggal, Raden Mas
Martapura mulai berkuasa. Namun karena selalu sakit-sakitan kemudian turun
takhta dan diganti Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Senopati Ing Alogo
Ngabdurrahman. Mas Rangsang ini merupakan Raja Mataram yang pertama yang
memakai gelar sultan sehingga dikenal dengan sebutan Sultan Agung.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung,
Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan. Selain sebagai raja, Sultan Agung juga
tertarik dengan filsafat, kesusastraan, dan seni. Buku filsafat yang ditulis
Sultan Agung adalah Sastra Gending. Pada masa pemerintahan Sultan Agung dua
kali mengadakan serangan ke Batavia(1628 M dan 1629 M) tetapi mengalami
kegagalan. Kegagalan tersebut membuat Sultan Agung memperketat penjagaan di
daerah perbatasan yang dekat dengan Batavia. Dengan penjagaan tersebut Belanda
sulit menemukan daerah Mataram. Pada tahun 1645 M Sultan Agung wafat dan
digantikan putranya yang mendapat gelar Amangkurat I.
d)
Amangkurat dan Paku Buwono
Setelah sepeninggal sultan agung Mataram tidak mempunyai
pemimpin secakap beliau sehingga terjadi berbagai kekacauan. Pengganti Sultan
agung secara berturut-tururt adalah :
·
Amangkurat I
·
Amangkurat II
·
Amangkurat III
·
Pakubuwana I
·
Amangkurat IV
·
Pakubuwana II
Pada waktu Amangkurat I berkuasa pribadi raja ini sangat berbeda dengan
pribadi Sultan Agung. Amangkurat I adalah seorang raja yang
lemah, berpandangan sempit, dan sering bertindak kejam. Mataram mengalami
kemunduran apalagi adanya pengaruh VOC yang semakin kuat. orang Belanda
mulai masuk ke daerah kerajaan Mataram, bahkan Amangkurat I menjalin hubungan
dengan Belanda. Belanda di perbolehkan mendirikan benteng di kerajaan Mataram. Pada
masa pemerintahan Amangkurat II, wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram semakin
sempit. Amangkurat II tidak tertarik untuk tinggal di ibu kota Kerajaan dan
mendirikan ibu kota baru di desa Wonokerto yang diberi nama Kartasura. Di
Kartasura itulah Amangkurat II menjalankan pemerintahannya hingga meninggal
pada tahun 1703 M. Setelah raja Amangkurat II meninggal, kerajaan bertambah
suram dan ditambah dengan adanya perjanjian Giyanti pada tahun 1755 M, kerajaan
Mataram terbagi menjadi dua wilayah yaitu daerah Kesultanan Yogyakarta, lebih
dikenal dengan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Mangkubumi sebagai rajanya,
bergelar Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792 M); dan daerah Kasuhunan Surakarta
diperintah oleh Susuhunan Paku Buwono III (1749-1788 M). Pada waktu terjadi
perlawanan dari Mas Said, belanda mengadakan perjanjian Salatiga (1737 M).
Perjanjian tersebut merupakan upaya Belanda untuk memperkecil wilayah kerajaan
Mataram. Mas Said dinobatkan sebagai raja dengan gelar Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara dengan wilayahnya diberi nama Mangkunegara.
Namun pada tahun 1813 M sebagai daerah
dari Kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku adipati sehingga
kerajaan Mataram yang kuat dibagi menjadi kerajaan Yogyakarta, Kesuhunan
Surakarta, Kerajaan Pakualam, dan Kerajaan Mangkunegara. Dengan demikian
berakhirlah Kerajaan Mataram yang Besar
dan megah menjadi kerajaan – kerajaan kecil yang lemah dan tidak berdaya.
2.2.3 Kehidupan
Ekonomi
Letak
Kerajaan Mataram dipedalaman, maka Mataram berkembang sebagai Kerajaan Agraris
yang menekankan dan mengandalkan Bidang Pertanian. Sekalipun demikian kegiatan perdagangan
tetap diusahakan dan dipertahankan, karena Mataram juga menguasai daerah-daerah
pesisir. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah persawahan yang
luas terutama di Jawa Tengah, yang daerahnya juga subur dengan hasil utamanya
adalah beras, disamping kayu, gula, kapas, kelapa dan Palawija. Sedangkan
dalanm bidang perdaganagan, Beras merupakan komoditi utama, bahkan menjadi
barang Ekspor karena pada abad 17 Mataram menjadi pengekspor Beras paling besar
pada saat itu. Dengan demikian kehidupan ekonomi Mataram berkembang pesat
karena didukung oleh hasil bumi Mataram yang besar.
2.2.4 Kehidupan
Sosial Budaya
Sebagai kerajaan yang bersifat Agraris, masyarakat Mataram
disusun berdasarkan sistem Veodal dengan sistem tersebut maka Raja adalah pemilik
tanah kerajaan beserta isinya. Untuk mrlaksanaksn pemerintahan, raja dibantu
oleh seperangkat pegawai dan keluarga istana, yang mendapatkan upah atau gaji
berupa tanah lungguh atau tanah garapan. Tanah lungguh tersebut dikelola oleh
kepala desa (bekel) dan yang menggarapnya atau mengerjakannya adalah rakyat
atau petani penggarap dengan membayar pajak/sewa tanah. Dengan adanya sistem
Veodalisme tersebut, menyebabkan lahirnya tuan-tuan tanah di Jawa yang sangat
berkuasa terhadap tanah-tanah yang dikuasinya. Sultan memiliki kedudukan yang
tinggi juga dikenal sebagai Panatagama yaitu pengatur kehidupan keagamaan.
Sedangkan dalam bidang kebudayaan, seni ukir, lukis, hias dan patung serta seni
sastra berkembang pesat. Hal ini terlihat dari kreasi para seniman dalam
pembuatan gapura, ukiran-ukiran di istana maupun tempat ibadah. Contohnya
gapura Candi Bentar di makam Sunan Tembayat (Klaten) diperkirakan dibuat pada
masa Sultan Agung. Contoh
lain hasil perpaduan budaya Hindu-Budha-Islam adalah penggunaan kalender Jawa,
adanya Kitab Filsafat Sastra Gending dan Kitab Undang-Undang yang disebut Surya
Alam. Contoh-contoh tersebut merupakan hasil karya dari Sultan Agung sendiri.
Di samping itu juga adanya upacara Grebek pada hari-hari besar Islam yang
ditandai berupa Kenduri Gunugan yamng dibuat dari berbagai makanan maupun hasil
bumi. Upacara grebek tersebut merupakan tradisi sejak zaman Majapahit sebagai
tanda terhadap pemujaan nenek moyang.
2.3 Kerajaan
Makassar
2.3.1 Letak Geografis
Kerajaan/Kesultanan
Makassar . Di
Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang
terkenal adalah Gowa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari
Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo
masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya. Kerajaan Gowa dan Tallo
akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebut
Kerajaan Makassar. Dari Makassar, agama Islam disebarkan ke berbagai daerah,
bahkan sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara
Timur.
2.3.2 Kehidupan Politik
Makassar
tumbuh menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini disebabkan
letak Makassar yang strategis dan menjadi bandar penghubung antara Malaka,
Jawa, dan Maluku. Lemahnya pengaruh Hindu-Buddha di kawasan ini menyebabkan
nilai-nilai kebudayaan Islam yang dianut oleh masyarakat di Sulawesi Selatan
menjadi ciri yang cukup menonjol dalam aspek kebudayaannya. Kerajaan Makassar
mengembangkan kebudayaan yang didasarkan atas nilai-nilai Islam dan tradisi
dagang. Berbeda dengan kebudayaan Mataram yang bersifat agraris, masyarakat
Sulawesi Selatan memiliki tradisi merantau. Keterampilan membuat perahu phinisi
merupakan salah satu aspek dari kebudayaan berlayar yang dimiliki oleh
masyarakat Sulawesi Selatan. Berikut raja raja yang pernah memerintah di
Kerajan Makassar sebagai berikut :
a)
Sultan Alaudin (1561 - 1638 M)
Raja Makassar yang
pertama memeluk Islam bernama Raja Alauddin yang memerintah Makassar dari tahun
1561 - 1638 M. Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia perdagangan sehingga
menyebabkan meningkatnya kesejahteraan Kerajaan Makassar. Setelah wafatnya Raja
Alauddin, keadaan pemerintahan kerajaan tidak dapat diketahui dengan pasti.
b)
Sultan Muhammad said
(Tahun 1639_1669)
Pada pemerintahan sultan muhammad said,
pekembangan Makassar maju pesat sebagai Bandar transit, bahkan sultan muhammadd
said juga pernah mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat berperang
melawan belanda.
c)
Sultan Hasanuddin (1654-1660 M)
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin
(1654-1660), Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil
membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah
Indonesia Bagian Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat
penting. Persaingan antara Goa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung
cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar
(1660-1669). Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru
Palakka (Arung Palakka) menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Perang ini
juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut
Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli
perdagangan.
Keberaniannya melawan Belanda membuat Sultan
Hasanuddin dijuluki “Ayam Jantan dari Timur oleh orang-orang Belanda sendiri.
Dalam perang ini Hasanuddin tidak berhasil mematahkan ambisi Belanda untuk
menguasai Makassar. Dengan terpaksa, Makassar harus menyetujui Perjanjian
Bongaya (1667) yang isinya sesuai dengan keinginan Belanda, yaitu:
1.
Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar.
2.
Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar.
3.
Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya yaitu daerah
diluarnya.
4.
Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Walaupun perjanjian sudah ditandatangani,
tetapi Sultan Hasanuddin tetap berjuang melawan Belanda. Setelah Benteng
Sombaopu jatuh ke tangan Belanda, Sultan Hasanuddin turun takhta. Kekuasaannya
diserahkan kepada putranya, Mappasomba. Belanda berharap Mapasomba dapat
bekerja sama, namun sebaliknya, ia meneruskan perjuangan ayahnya.
d)
Mapasomba
Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang
bernama Mapasomba. Sultan Hasanudddin sangat berharap agar Mapasomba dapat
bekerja sama dengan Belanda. Tujuannya agar Kerajaan Makassar dapat bertahan.
Mapasomba jauh lebih keras daripada Ayahnya sehingga Belanda mengerahkan
pasukan besar - besaran untuk menghadapi Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil
dihancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya.
2.3.3 Kehidupan
Ekonomi
Makassar tumbuh menjadi pelabuhan
yang ramai karena letaknya di tengahtengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan,
Sumatra, dan Malaka. Pertumbuhan Makassar makin cepat setelah Malaka jatuh ke
tangan Portugis (1511), sedangkan Maluku dikuasai oleh Portugis dan Belanda.
Banyak pedagang dari Malaka, Aceh, dan Maluku yang pindah ke Makassar. Para
pedagang Makassar membawa beras dan gula dari Jawa dan daerah Makassar sendiri
ke Maluku yang ditukarkan dengan rempah-rempah. Rempah-rempah itu lalu dijual
ke Malaka dan pulangnya membawa dagangan, seperti kain dari India, sutra dan
tembikar dari Cina, serta berlian dari Banjar. Untuk menunjang Makasar sebagai
pelabuhan transito dan untuk mencukupi kebutuhannya, maka kerajaan ini
menguasai daerah-daerah sekitarnya. Di sebelah timur ditaklukanlah Kerajaan
Bone; sedangan untuk memperlancar dan memperluas jalan perdagangan, Makasar
mengusai daerah-daerah selatan, seperti pulau Selayar, Buton demikian juga
Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian jalan perdagangan
waktu musim Barat yang melalui sebelah Utara kepulauan Nusa Tenggara dan jalan
perdagangan waktu musim Timur yang melalui sebelah selatan dapat dikuasainya.
2.3.4 Kehidupan Sosial
Budaya
Mengingat Makasar sebagai kerajaan maritim
dengan sumber kehidupan masyarakat pada aktivitas pelayaran perdagangan maka
sebagian besar kebudayaannya dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Hasil
kebudayaan yang terkenal dari Makasar adalah perahu Pinisi dan Lambo. Selain
itu juga berkembang kebudayaan lain seperti seni bangun, seni sastra, seni
suara dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam merupakan salah
satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah
sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass media mungkin Anda sudah sering mendengar
atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam
terbesar di dunia. Masuknya agama Islam di Indonesia sangat erat
kaitannya dengan kegiatan pelayaran dan perdagangan pada masa lampau. kalian
Ingat bahwa kegiatan pelayaran dan pedagangan di perairan nusantara telah
berlangsung sejak awal tahun Masehi. Pada waktu itu banyak pedagang dari India
dan Cina yang mengadakan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Indonesia. Masuknya
islam di Indonesia berlangsung secara damai dan menyesuaikan dengan adat serta
istiadat penduduk lokal. Ajaran islam yang tidak mengenal perbedaan kasta
membuat ajaran ini sangat diterima penduduk local. Maka dari itu banyak sekali
kerajaan Islam yang tumbuh di Indonesia.
3.2 Saran
Demikianlah
makalah yang telah kami susun. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
wawasan pembaca mengenai makalah ini.
Kami meminta maaf apabila terdapat kesalah dalam penyusunan makalah ini.
Kami jusa sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Wayan Badrika, I (2006),
Sejarah SMA kela XI Program IPA. Jakarta : Erlangga.
Rahardian F, Berta (2006)
Sejarah SMA/MA kelas XI Semester Gasal Program IPA. Jawa Tengah : Viva
Pakarindo.
Pendidikan Visiuniversal.
2015. Sejarah Kerajaan Kerajaan Islam. http://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-kerajaan-kerajaan-islam-di.html Diakses pada tanggal 20
Oktober 2016
Furotul Fujaroh. 2016 .
Kerajaan Kerajaan Islam. http://furotul29.blogspot.co.id/2016/02/makalah-ski-kerajaan-kerajaan-islam-di.html. Diakses pada tanggal 20
Oktober 2016
Wikipedia. Kesultana
Banten. https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten. Diakses pada tanggal 20
Oktober 2016
Siswa Zona .2015. Sejarah
Kerajaan Kehidupan Banten. http://www.zonasiswa.com/2015/06/sejarah-kerajaan-banten-kehidupan.html. Diakses pada tanggal 20
Oktober 2016
Fresyhana. 2011. Kerajaan
Mataram Islam. https://fersyhana.wordpress.com/2011/12/19/kerajaan-mataram-islam/ Diakses pada tanggal 26
Oktober 2016
Azzahra Wardah. 2013.
Kerajaan Mataram Islam. http://wardah-azzahra.blogspot.co.id/2013/09/kerajaan-mataram-islam.html. Diakses pada tanggal 26
Oktober 2016
Ireng Kopi. 2015. Sejarah
Kerajaan Kesultanan Mataram. http://www.kopi-ireng.com/2015/03/sejarah-kerajaan-kesultanan-mataram.html Diakses pada tanggal 28
Oktober 2016
Siswa Zona. 2015. Sejarah
Kerajaan Makassar. http://www.zonasiswa.com/2015/06/sejarah-kerajaan-makassar-kehidupan.html. Diakses pada tanggal 28
Oktober 2016
Kharisma Falah. 2016. Sejarah Kerajaan Islam
di Sulawesi. http://falah-kharisma.blogspot.co.id/2016/03/sejarah-kerajaan-islam-di-sulawesi.html. Diakses pada tanggal 28
Oktober 2016
No comments:
Post a Comment