Saturday 18 March 2017

Contoh Resensi Novel Mudah Dipahami | Di Bawah Kebesaran-Mu, Hamba Takluk

Terjal Hidup Anak sang Pendosa
   Judul Buku      : Di Bawah Kebesaran-Mu, Hamba Takluk 
   ISBN               :  978-602-7724-04-09
   Pengarang       : Taufiqurrahman al -Azizy
   Penerbit           : DIVA Press
  Tahun Terbit     : 2012
   Halaman          : 426 Halaman

Novel ini adalah salah satu karya dari sang penulis yang terkenal yaitu Taufiqurrahman al-Azizy yang lahir pada tanggal 9 Desember 1975. Beliau pernah menuntut ilmu di Pesantren Ilmu al-Qura’an Hidayatul Qur’an yang diasuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafiz, M.A. Pernah pula kuliah di Universias Sains al-Qura’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.
Novel ini memiliki genre drama, yaitu genre yang lebih bertujuan membuat pembaca terharu dan terhanyut dalam kisah tersebut. Kisah ini mengisahkan tentang betapa pilunya Arya menjadi anak dari penjahat, banyak cobaan yang harus ia jalani. Kesalahan itu memang bukan miliknya tetapi warga desa Wringinanom dengan mudahnya menyimpulkan masa depan Arya. Si yatim piatu ini di curigai akan tumbuh dan besar menjadi penjahat. Dalam peulisan novel ini penulis ingin meluruskan beberapa perkara yaitu : Pertama, hukum keturunan. Kedua, pentingnya mendidik dan mengasuh anak-anak yaim piatu. Ketiga, iri hati dan dengki serta bahaya-bahaya yang dimunculkan dari perasaan ini. Keempat,  bagaimana menempa diri menjadi cerdas.
Nama Taufiqurrahman al-Azizy melejit setelah meluncurkan trilogi novel spiritual Makrifat Cinta yang terdiri dari Syahadat Cinta (DIVA Press, 2006), Musafir Cinta (DIVA Press, 2007) dan Makrifat Cinta (DIVA Press, 2007). Novelnya setelah trilogi novel spiritual Makrifat Cinta yang juga telah beredar adalah Kitab Cinta Yusuf Zulaikha (DIVA Press, 2007); Munajat Cinta I (DIVA Press, 2009); Munajat Cinta 2, Jangan Biarkan Surau Ini Roboh (DIVA Press, 2009); Sahara Nainawa (DIVA Press, 2009); Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa, Alif, Kecupan yang Dirindukannya, Laki-Laki yang menggeggam Ayat-Ayat Tuban, serta Rintihan dari Lembah Lebanon (DIVA Press, 2012)
Arya yang baru saja ditinggal mati oleh ibunya, terpaksa hidup sendirian. Ia begitu terpukul dan amat bersedih dengan kepergian ibunya, ditambah lagi Arya sekarang telah menjadi yatim piatu. Arya memang anak dari penjahat, Sambodo namanya, tetapi Arya adalah anak yang cerdas, penyayang, shalih dan sangat taat dalam menjalankan ibadah.
Tidak ada seorang pun yang hendak merawat Arya. Mereka tidak sadar mengenai kewajiban memuliakan anak yatim, sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an. Arya semakin  merasa tertekan dan amat sedih. Hanya Pak Rustam yang peduli dengan Arya, tetapi Nano dan Nevy yang merupakan anak Pak Rustam tidak ingin Pak Rustam membawa Arya kerumah mereka.
         Pengucilan dan pendiskriminasian selalu Arya dapatkan karena Arya terpaksa menanggung kenyataan bahwa ia adalah seorang anak penjahat, ayahnya hidup sebagai penjahat, penipu, tukang mabuk, pencuri, perampok, dan pemerkosa wanita. Ada seorang warga yang begitu membenci Arya dan menghasut para warga agar turut membenci Arya. Permasalahan mulai memuncak ketika warga menyerang Arya di rumah Pak Rustam, mereka ingin mengusir Arya keluar dari desa Wringinanom karena mereka menuduh Arya sebagai penyebab kematian Sukatman seorang warga desanya. Terjadi perkelahian antara warga dengan anak asuh Pak Rustam dan Nano sehingga mereka digiring ke kantor polisi. Setelah itu terjadi konflik tambahan dengan diketahuinya bahwa pembunuh Ayah Mustofa adalah Sambodo ayahnya Arya, Mustofa begitu marah terhadap Arya.
         Permasalahan mulai mereda ketika seluruh warga mengetahui bahwa Arya tidak bersalah karena Arya adalah korban dari hati yang memiliki kedengkian, para warga sadar bahwa semua itu adalah ulah Suhemi dan Ngatno yang selalu menghasut mereka dengan berbagai tuduhan yang ditujukan kepadanya. Musthafa mengajak Anak-anak Pak Rustam, Nano dan Nevy pun meminta maaf kepada Arya, sehingga Arya mulai mempunyai semangat dan tidak bersedih lagi.  Begitu juga dengan kematian ayahnya, Mustofa menyadari bahwa Arya tidak bersalah dan mengikhlaskan kepergian ayahnya.
Pilihan kata yang digunakan oleh pengarang  dapat membuat pembaca benar-benar terhanyut dalam cerita, sehingga pembaca seakan-akan merasakan hal yang dirasakan oleh tokoh dari novel ini. Novel karya Taufiqurrahman al-Azizy ini juga mencamtumkan dalil-dalil al-Qur’an dan Hadits pada catatan kaki novel untuk membuktikaan kebenaran yang dituliskan oleh pengarang.

Pada bagian akhir dari novel ini hanya menceritakan ketika warga sudah tidak membenci Arya lagi dan Musthofa sudah memaafkan kesalahan ayahnya Arya, walaupun novel ini memiliki akhir yang happy ending, tetapi masih sedikit menggantung, karena sang penulis tidak menceritakan kisah setelah Arya sudah diterima kehidupannya dimasyarakat.
         Terlepapas dari kekurangan yang terdapat dari novel ini, kita dapat mempelajari beberapa hal yang sering kita lupakan dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita selalu menghakimi seseorang tanpa mengetahui penyebab pasti dari suatu masalah. Melihat banyaknya yang dapat kita pelajar dari isi novel ini sendiri, buku ini sangat bagus dan cocok untuk kita baca sebagai sarana penambah ilmu. Buku ini juga banyak menceritakan pengalaman hidup yang dapat kita jadikan motivasi untuk mencapai apa yang kita inginkan.



Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
A.      Unsur Intrinsik
1.      Tema      :        Perjuangan hidup anak sang pendosa yang harus                                                                       menjalani pilunya kehidupan.
2.      Alur       :        Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur                                                                      maju mundur. Alur maju mundur merupakan alur yang  memiliki runtutan                               peristiwa yang tidak teratur dan   terdapat flashback didalamnya.
a.       Eksposisi, desa Wringinanom adalah tempat tinggal Arya hidup sebagai seorang anak yatim piatu yang baru saja ditinggal ibunya. Setelah kematian ibunya ia sangat putus asa dan tidak tahu kepada siapa ia harus bersandar.
b.      Permasalahan, selain Pak Rustam, tidak ada seorang pun yang memperdulikan Arya, ia selalu mendapatkan hinaan dan cemoohan.
c.       Penyebab,  Arya adalah anak dari almarhum Sambodo yang sangat keji .
d.      Klimaks, warga hendak mengusir Arya dari desa karena Arya dituduh sebagai penyebab kematian dari salah satu warga  dan diketahuinya bahwa pembunuh dari Ayahnya Mustofa adalah Sambodo.
e.       Resolusi, Arya tidak bersalah, semua itu adalah ulah dari Suhemi dan Pak Kosim yang selalu menghasut warga dan Musthofa pun memaafkan kesalahan ayahnya Arya.
f.       Konklusi, kini warga sadar bahwa tak selamanya penjahat melahirkan anak yang jahat pula.                   

3.      Tokoh dan Karakter                :
a.            Arya (Protagonis), seorang remaja yang tampan, cerdas, penyayang, pantang menyerah, pemberani, shalih, taat kepada orang tua dan sangat menghargai orang lain dan sering meluapkan emosinya secara berlebihan.
b.            Pak Rustam (Protagonis) merupakan sosok yang berada, taat, shalih, memiliki hati yang baik, dermawanan, bijaksana, penyayang terutama terhadap anak yatim piatu, rendah hati dan penolong.
c.            Musthofa (Tritagonis), baik, periang, rendah hati selalu berpikir bijak dalam menyelesaikan suatu masalah, pantang menyerah, cerdas, sabar dan tabah..
d.           Sambodo (Tritagonis) penipu dan kejam, tetapi sangat menyayangi Arya dan istrinya
e.            Nevy (Tritagonis), manja, sedikit keras kepala, mudah terpengaruh orang lain, penyayang, memiliki hati yang baik dan tidak sabaran.
f. Nano (Tritagonis), baik, pemalas, memiliki watak yang keras, tegas dan mudah terpengaruh orang lain.
g.Suhemi (Antagonis), selalu memiliki perasaan iri, dengki, dendam dan benci terhadap Arya.
h.Pak Kosim (Antagonis) pemarah, pemberani, ingin menang sendiri, dan egois.


4.      Latar                :        Latar terbagi menjadi latar tempat, latar waktu dan latar                                                             suasana.
a. Latar Tempat, Desa Wringanom yang merupakan wilayah tempat tinggal Arya. Makam orang tua Arya, rumah Pak Rustam, rumah Arya, sekolah Arya, ladang kacang, rumah sakit, rumah Pak Suhemi dan kantor polisi.
b.Latar Waktu, malam hari, pagi hari dan sore hari,
c. Latar Suasana, menyedihkan, mengharukan, menegangkan dan  menyenangkan.

5.      Sudut Pandang :                   Sudut pandang orang ketiga serba tahu.

6.      Gaya Bahasa     :                   Menggunakan bahasa sehari-hari sehingga cukup mudah                                                      dipahami, tetapi terkadang penulis juga menggunakan nama                                                    panggilan berbahasa jawa. Bahasa yang digunakan                                                      pengarang ketika menggambarkan sesuatu dapat dengan                                                         mudah dirasakan latar suasana      yang begitu jelas sehingga                                             kita seakan-akan merasakan hal yang dirasakan oleh tokoh.

7.      Amanat           :                    Kacang memang jatuh tak jauh dari tangkainya, tetapi                                                          tangan-tangan          alam dan manusia bisa menjauhkan kacang                                        itu dari tangkainya. Artinya, anak yang lahir dari orang tua                                         jahat bisa tumbuh menjadi anak yang baik dan shalih, begitu                                        pula sebaliknya.





B.     UNSUR EKSTRINSIK
1.            Nilai Moral
Sifat iri dan dengki bisa menimbulkan perilaku berbahaya terhadap seseorang yang dibenci, contohnya saja dalam novel tersebut yaitu Suhemi yang mempunyai sifat iri dan dengki terhadap Arya. Ia selalu membuat cara agar warga membenci Arya,  pada akhirnya semua orang mengetahui bahwa Arya tidak bersalah dan Suhemilah yang selalu menghasut para warga untuk melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya terhadap Arya.
2.            Nilai Religius
               Seorang tidak bisa memilih dari siapakah ia lahir dan dari jenis bagaimanakah kedua orang tuanya. Arya memanglah anak seorang penjahat tetapi ia tidak bisa memungkiri takdir bahwa ia adalah anak Sambodo penjahat keji. Menyantuni anak yatim dan tidak boleh menghardik anak yatim merupakan kewajiban yang harus kita laksanakan. Walaupun begitu bayak warga yang benci kepada Arya, bahkan mereka mencemooh dan menghina Arya tanpa menyadari bahwa perbuatan mereka sama saja dengan mendustakan agama.
3.            Nilai Sosial
               Kedengkian dan keirian hati masyarakat yang selalu menggunjing seseorang dapat menjadi kebiasaan yang sangat buruk. Kurangnya sosialisasi dan pendekatan perlu dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, banyak masyarakat yang terkadang selalu menilai sesuatu dari luarnya saja, tanpa tahu keadaan yang sebenarnya.
              






No comments:

Post a Comment