Saturday, 18 March 2017

Contoh Angket Kenakalan Remaja dan Penyebabnya



KUESIONER PENELITIAN KENAKALAN REMAJA PADA PELAJAR KELAS XI SMAN 1 KUNDUR  

A.      PETUNJUK PENGISIAN ANGKET/KUESIONER
1.      Isilah identitas responden terlebih dahulu sebelum melangkah ke pertanyaan.
2.      Bacalah dengan teliti pertanyaan dalam angket/kuesioner di bawah ini sebelum menjawab.
3.      Jawablah pertanyaan dengan jujur sesuai keadaan diri anda.
4.      Cara menjawabnya cukup memberi tanda silang  (     )  pada salah satu jawaban yang di anggap sesuai.(dalam lembar jawaban yang telah disediakan)
5.      Semua pertanyaan wajib di jawab dan hanya diperkenankan memberi satu jawaban.
B.      IDENTITAS RESPONDEN
NIS                             :
Kelas                           :
Jenis Kelamin              :
C.      PERNYATAAN
No
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1
Saya merasa rokok itu bagus
2
Saya ingin mencoba merokok
3
Merokok dapat menyelesaikan beban pikiran
4
Saya suka membolos
5
Membolos adalah hal yang baik ketika pelajaran jam kosong
6
Mengambil  sesuatu tanpa izin dan tidak mengembalikannya
7
Saya rasa jika mencuri sedikit tidak akan jadi masalah
8
Saya rasa menonton film porno tidak salah
9
Saya rasa film porno memiliki manfaat
10
Saya tidak mampu mengendalikan diri saya dalam segala hal
11
Krisis identitas merupakan penyebab kenakalan remaja
12
Kenakalah remaja disebabkan control diri yang lemah
13
Seks bebas bukanlah hal yang baru dalam kehidupan remaja.
14
Seks bebas bukan masalah apabila sama-sama suka
15
Seks bebas tidak masalah asal tidak hamil
16
Saya rasa melanggar tata tertib merupakan hal biasa
17
Saya rasa kenakalan remaja dapat menyebabkan turunnya prestasi belajar
18
Teman dan pergaulan yang tidak baik menyebabkan kenakalan remaja
19
Kurangnya perhatian orangtua terhadap anak merupakan penyebab kenakalan remaja
20
Orang tua saya sering tidak menghargai pendapat anak-anak mereka dan hanya membenarkan pendapat mereka sendiri.

Ket :
SS          :         Sangat Setuju
S            :         Setuju
TS          :         Tidak Setuju
STS        :         Sangat Tidak Setuju

MAKALAH (PERISTIWA PENTING MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA DAN PENYEBARLUASAN BERITA PROKLAMASI INDONESIA)

MAKALAH
(PERISTIWA PENTING MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA DAN PENYEBARLUASAN BERITA PROKLAMASI INDONESIA)
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Sejarah
Guru Bidang Studi : Syafrizalman, M.Pd


Oleh,
KELOMPOK 1
KELAS XI IPA 1
1.      ISTANADA NURIKA HASSANNAH (KETUA)
NIS : 8062
2.      SITI ZAHANI (SEKRETARIS)
NIS : 8190
3.      WIDAYANI (ANGGOTA)
NIS : 8218
4.      TIA MARSHELLINA (ANGGOTA)
NIS : 8198
5.      YESI NURMALA (ANGGOTA)
NIS : 8229





SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 KUNDUR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR
                       
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul ”Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Penyebarluasan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia”  dengan sebaik baiknya. Penyusunan makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatannya. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih terutama kepada guru bidang studi sejarah, yaitu Bapak Syafrizalman, M.Pd dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Adapaun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sejarah yang telah diberikan oleh  Bapak Syafrizalman,M.Pd. Selain itu makalah ini juga di buat sebagai suatu kajian terhadap lahirnya Negara dan usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dengan Mmemaparkan materi antara lain : Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan serta saran sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam penyusunan makalah ini

                                                                                                          Tanjungbatu, 4 Januari 2017
                                                                                                          Penyusun,
                                                                                                         
                                                                                                         
                                                                                                          Kelompok  I









DAFTAR ISI

                                                                                                                        Hal
KATA PENGANTAR ...................................................................................................  ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I              PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang Masalah ..........................................................................  1
1.2              Rumusan Masalah ..................................................................................  1
1.3              Tujuan ....................................................................................................  1
1.4              Manfaat ..................................................................................................  1
BAB II            PEMBAHASAN
2.1       Peristia Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia .............                    2.2       Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ...............................                       
BAB III           PENUTUP                 
3.1       Kesimpulan ............................................................................................
3.2       Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
                       


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar  Belakang Masalah

Kemerdekaan adalah cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bangsa dimanapun berada. Demikian halnya bangsa Indonesia yang mengalami masa penjajahan sangat panjang dan membuat penderitaan rakyat. Oleh karena itu, bangsa Indonesia berusaha untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Proklamasi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia berarti berakhirnya masa penjajahan dan mulainya kehidupan sebagai bangsa merdeka. Proklamasi kemerdekaan merupakan titik puncak atau peristiwa puncak dalam perkembangan perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajahan. Proklamasi kemerdekaan mengumandangkan suatu berita kegembiraan bagi bangsa Indonesia ke segenap penjuru dunia.
Lahirnya Negara Indonesia tidak lepas dari usaha-usaha pahlawan terdahulu dalam mempertahankan kemerdekaan. Beberapa peristiwa penting menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah dibentuknya BPUKI dan PPKI, peristiwa Renglasdengklok, Perumusan Teks Proklamasi dan detik detik proklamasi. Penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga didukung oleh seluruh rakyat Indonesia.
Bangsa yang bijak adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Dengan mempelajari catatan sejarah, kita akan lebih menghargai apa yang kita miliki sebagai bangsa. Betapa besar perjuangan para pahlawan dan pendekar untuk merebut kemerdekaan. Pengorbanan harta dan nyawa. Semua itu harus kita sadari, hormati dan kita jadikan teladan dalam hidup. Oleh karena itu makalah ini dibuat dengan maksud untuk membahas lebih dalam mengenai peristiwa penting menjelang proklamasi kemerdekaan dan penyebarluasan proklamasi kemerdekaan dan agar dapat dijadikan sebagai bahan belajar dan mengajar bagi guru dan siswa agar mengetahui sejarah-sejarah di Indonesia.


1.2              Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1         Peristiwa penting apa saja menjelang proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
1.2.2         Bagaimana proses penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia?


1.3              Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang dapat kita capai adalah sebagai berikut :
1.3.1        Menjelaskan beberapa peristiwa penting yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
1.3.2        Menejelaskan proses penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.


1.4              Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas , dapat di ambil manfaat sebagai berikut:
1.4.1        Bagi siswa dan guru, makalah ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk mengetahui peristiwa penting yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia dan proses penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.
1.4.2    Makalah ini juga bisa berfungsi sebagai sumber referensi dalam kegiatan belajar mengajar.




























BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
2.1.1    Pembentukan Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan kemerdekaan Indonsia (BPUPKI)
                      Memasuki tahun 1945, posisi jepang dalam menghadapi sekutu semakin tidak menguntungkan. Untuk mempertahankan diri dari situasi tersebut, jepang harus meningkatkan bantuan dari rakyat Indonesia. Melalui Perdana Menteri Koiso, jepang menjajanjikan kemerdekaan pada rakyat Indonesia. Tetapi situasi kabinet Koiso semakin jatuh dan digantikan oleh kabinet Suzuki. Dengan berakhirnya Kabinet Koiso, berarti Koisi tidak dapat berbuat appa tentang pembentukan BPUPKI. Sebagai pemerintahan yang sah dan mengingat posisi jepang yang tidak membaik, Kabinrt Suzuki tidak mengelak atas “janji Koiso”. Untuk itu pada tanggal 29 April susunan keanggotaan BPUPKI diumumkan.     BPUPKI memiliki nama tersendiri dalam bahasa Jepang yaitu Dokuritsu Jumbi Cosakai, nama dalam bahasa Jepang tersebut memang tidak terlepas dari sejarah pendirian BPUPKI itu sendiri, tokoh penggagas berdirinya BPUPKI adalah seorang yang berkebangsaan Jepang Letnan Jendral Kumaichi Harada, pada tanggal 1 Maret 1945. Meskipun, dibentuk pada tanggal 1 Maret namun peresmiannya baru dilakukan pada tanggal 28 Mei 1945 bertepat di gedung Cao Sang In (sekarang Gedung Departemen Luar Negeri), adapun ketua dari BPUPKI dipimpin oleh Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat.                                                                                                                                Adapun tugas dari BPUPKI ini sendiri adalah untuk menyelidiki dan mempelajari berbagai hal penting untuk menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka, guna tugas yang diberikan bisa terwujud maka BPUPKI melakukan beberapa kali pertemuan yang kita sebut dengan sidang, sidang yang pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei 1945 -1 Juni 1945, Sidang ke-dua tanggal 10 Juli 1945 - 16 Juli 1945. berikut adalah penjelasan dari masing-masing sidang.
1.             Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945)
                      Sidang perdana BPUPKI diagendakan untuk membahas rumusan dasar negara Indonesia merdeka, dalam hal ini muncul 3 tokoh anggota BPUPKI yang menyampaikan gagasan serta ide-idenya tentang rumusan dasar Indonesia merdeka menurut versi masing-masing, adapun ke-3 tokoh tersebut diantaranya Mr.Moh. Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo dan Ir. Sukarno. pada kesempatan pertama, Mr. Moh. Yamin mendapatkan kesempatan untuk memaparkan idenya mengenai dasar negara yang dibaginya kedalam lima point penting yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, Peri Kesejahteraan
                      Giliran mendengarkan pemaparan dari Prof. Dr. Mr. Supomo, menurutnya dasar negara Indonesia merdeka yaitu, Persatuan, Kekeluargaan, Keseimbangan lahir dan batin, Musyawarah, Keadilan rakyat. Pada kesempatan yang ke-tiga tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, tibalah giliran dari Ir. Sukarno untuk menyampaikan gagasannya. Berbeda dengan kedua gagasan sebelumnya, Ir. Sukarno memberikan nama gagasannya dengan sebutan PANCASILA, Panca berarti Lima dan Sila berarti asas atau dasar, sehingga diatas 5 dasar inilah akan didirikan Indonesia sebagai negara yang merdeka. karena hal inilah, maka setiap tanggal 1 Juni diperongati sebagai Hari Lahirnya Pancasila, adapun dasar negara versi Sukarno itu sendiri adalah, Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme/Peri Kemanusiaan, Mufakat/ Demokrasi, Kesejahteraan Sosial Ketuhanan Yang Maha Esa.
                      Setelah persidangan Pertama ini selesai, maka diadakanlah "reses". BPUPKI membentuk tim kecil dibawah pimpinan Ir. Sukarno dengan anggotanya Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, Kartohadikusumo, Wachid Hasjim, Ki Hadi Kusumo, Otto Iskandardinata, Mr.Moh Yamin dan Mr. A.A. Maramis (A.A singkatan dari Alexander Andries). Panitia inilah yangpanitia sembilan.diseutPanitia Sembilan.
                      Panitia sembilan ini bertugas untuk merumuskan dasar negara Indonesia merdeka berdasarkan pandangan dari anggota sembilan, adapun anggotanya terdiri dari Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.Moh. Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abdul Kahar Mudzakir, Wahid Hasjim, H. Agus Salim dan Abikusni Tjokrosujono.
                      Panitia sembilan ini menghasilkan rumusan dasar negara Indonesia merdeka pada tanggal 22 Juni 1945 yang dinamakan Jakarta Center atau Piagam Jakarta , pemberian nama ini sendiri diberikan oleh Mr. Moh. Yamin.adapun isi dari Jakarta Charter sebagai berikut:
a)         Ketuhanan dengan mewajibkan menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya.
b)        Daar kemanusiaan yang adil beradab.
c)         Persatuan Indonesia.
d)        Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
e)         Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.             Sidang Kedua BPUPKI (10 Juli-17 Juli 1945)
                                  Pada tanggal 10 Juli 1945 kembali diadakan sidang BPUPKI yang kedua, dengan agenda membahas rencana undang-undang dasar, termasuk soal pembukaan atau preambulenya oleh sebuah panitia perancang UUD yang doketuai oleh Ir. Sukarno. Pada 11 Juli 1945, panitia tersebut menyetujui isi preambulenya diambil dari Piagam Jakarta. Persidangan kedua ini kemudian dilanjutkan pada tanggal 14 Juli 1945, saat itu Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja panitia perancang Undang-undang, yakni:
a)         Pernyataan Indonesia Merdeka
b)         Pembukaan UUD 
c)          Batang tubuh UUD

2.1.2        Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
                      Setelah BPUPKI selesai menjankan sidangnya yang terakhir maka BPUPKI dianggap telah menjalankan tugasnya dengan baik, maka pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya maka didirikan suatu badan yang bernama PPKI, yang merupakan singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 1945 ketiga tokoh Indonesia tersebut kembali ke Indonesia, sesuai dengan hasil pertemuan dengan Jendral Terauchi maka dibentuklah PPKI, Ir. Sukarno ditunjuk sebagai Ketua, Drs.Moh Hatta sebagai Wakil dan Mr. Ahmad Subardjo sebagai Penasehat dengan anggota 21 orang dan tanpa sepengetahuan Jepang ditambah lagi 6 orang. Adapun tugas dari PPKI sendiri adalah menyusun rencana kemerdekaan Indonesia, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Jepang. Berita kekalahan Jepang atas sekutu pada tanggal 14 Agustus ternyata cepat menyebar di kalangan masyarakat Indonesia termasuk golongan muda, meskipun ditutup-tutupi oleh pihak militer Jepang. Para pemuda bertekad untuk memproklamirkan kemerdekaan secepatnya tanpa ada pengaruh dan unsur dari pihak Jepang.

2.1.3        Peristiwa Rengasdengklok
                      Pada tanggal 15 Agustus 1945, Golongan pemuda melakukan rapat di ruang Mikrobiologi, Jalan Pegangsaan Timur (Sekarang FKM, UI), membaha tentang kepaa negara dan proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan dengan ekuatan sendiri tanpa pengaruh dari pihak manapun dengan tujuan mengangkan wibawa negara Indonesia yang baru lahir, rapat tersebut dipimpin oleh Chairul Saleh.
                      Hasil dari rapat kemudian disampaikan kepada Golonagn tua Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta melalui Wikana dan Darwis (golongan muda), mereka mengatakan jika Proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945 maka akan terjadi pertumpahan darah. Tentu saja, usulan golongan muda ini ditolak oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta, dengan berbagai pertimbangan. Perbedaan pendapat anatar golongan tua dan muda inilah yang membuat golongan muda nekad untuk melakukan tindakan yang radikal, namun harus diakui tindakan ini juga yang mempercepat proses pembacaan teks Proklamasi, tindakan inilah yang kita kenal dengan peristiwa Rengasdengklok.
                      Peristiwa Rengasdengklok ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, dimana para pemuda membawa Ir. Sukarno, beserta Keluarga (Ibu Fatmawati dan Guntur) dan Drs. Moh. Hatta ke tempat pengasingan disuatu daerah yang bernama Rengasdengklok. Pada saat itu para pemuda yang bertugas untuk menjemput Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta adalah Sinngih, Soetrisno, Sampoen, dan Soerachmat. Pengasingan ini dimaksudkan agar Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta terlepas dari pengaruh Jepang. Golongan muda tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia dicap sebagai hadiah dari Jepang, dengan cara tersebut para pemuda berharap kedua tokoh tersebut bersedia untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. adapun alasan mengapa tempat yang dipilih adalah Renggas Dengklok karena berbagai pertimbangan sesuai dengan pendapat dari Shodanco Singgih.
                      Sesampainya di Renggas Dengklok, tepatnya di Desa Tugu Dua, dirumah seorang warga keturunan bernama Djiwa Gie Siong, disni Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta disambut baik oleh pimpina Peta, Syudanco Subeno. Niat para pemuda untuk menekan Soekarno-Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan tidak berjalan dengan baik, maka Ir. Sukarno bersedia menyetujui kehendak dari golongan muda. Maka pada pukul 20.00 WIB, Soekarno-Hatta beserta rombongan kembali ke Jakarta dan tiba disana pada pukul 23.00. Sesampainya di Jakrta, mereka langsung merencanakan untuk mereumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.



2.1.4        Perumusan Teks Proklamasi Indonesia
1.    Pertemuan Soekarno-Hatta dengan Mayor Jendral Nishimura
               Nishimura melarang kegiatan dalam bentuk apa pun termasuk rapat PPKI dan proklamasi kemerdekaan. Tidak adanya kesepahaman tersebut, meyakinkan Soekarno-Hatta untuk melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia walaupun tidak disetujui oleh Jepang.

2.    Perumusan Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
               Setelah Soekarno-Hatta bertemu dengan Nishimura dan yakin bahwa Nishimura tidak menyetujui pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kemudian mereka bergegas ke rumah Laksamana Maeda. Di rumah Laksamana Maeda telah berkumpul para anggota PPKI dan para golongan pemuda, kemudian terjadilah peristiwa bersejarah berupa perumusan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Teks proklamasi dirumuskan di ruang makan oleh Soekarno, Moh.Hatta, dan Ahmad Subarjo serta disaksikan oleh Sukarni, B.M. Diah, dan Sudiro. Soekarno menuliskan konsep pada secarik kertas dan kemudian disempurnakan dengan pendapat Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo. Konsep teks proklamasi kemerdekaan terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat pertama merupakan pernyataan kemauan bangasa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri pada kalimat kedua merupakan pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignity). Menjelang subuh naskah proklamasi berhasil di selesaikan, kemudian Soekarno membuka pertemuan dengan peserta rapat. Naskah dibacakan dihadapan peserta rapat di ruang depan sekitar pukul 04.00 WIB.

3.    Pengesahan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
                      Soekarno mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh yang hadir seperti pada deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat. Namun, usul tersebut ditentang oleh golongan pemuda yang tetap menganggap golongan tua sebagai kolaborator (orang yang bekerjasama dengan musuh). Untuk mengakhiri perdebatan, Sukarni mengusulkan agar proklamasi kemerdekaan benar-benar bersih dari pengaruh Jepang, teks proklamasi tersebut agar ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usulan ini berdasarkan alasan bahwa kedua tokoh tersebut telah diakui sebagai pemimpin utama rakya Indonesia. Teks tersebut kemudian diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan yang kemudian ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Perubahan tersebut pada tulisan “tempoh” diganti “tempo”, “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti “atas nama bangsa Indonesia”, dan “Djakarta, 17-08-‘05” diganti “ Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”.

2.1.5        Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
1.      Kegiatan Para Pemuda
                      Para pemuda secara spontan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah berkumpul di lapangan Ikada (lapangan di sudut tenggara Monas), Jakarta. Menurut informasi, proklamasi kemerdekaan akan di lapangan Ikada. Mengetahui kegiatan para pemuda tersebut, pasukan Jepang dengan senjata lengkap segera mengepung lapangan Ikada. Setelah itu, Sukarni melaporkan bahwa lapangan Ikada telah disiapkan sebagai tempat pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Namun, Soekarno tidak menyetujui karena pembacaan teks proklamasi kemerdekaan di lapangan Ikada akan menimbulkan bentrokan antara rakyat dan pasukan Jepang. Selanjutnya, disepakati bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta atau sekarang Gedung Perintis Kemerdekaan di Jalan Proklamasi. Pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta di rumah Soekarno diadakan persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia. Keamanan rumah Soekarno dijaga oleh pasukan Peta di bawah pimpinan Shodanco Latief Hendraningrat dan Shodanco Arifin Abdurrahman. Persiapan upacara dipimpin Suwiryo, walikota Jakarta.

2.      Kegiatan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56
                      Persiapan untuk upacara proklamasi kemerdekaan dilakukan serbaspontan, mikrofon dan pengeras suara dipinjam dari sebuah toko elektronik. Tiang bendera terbuat dari bamboo yang diberi tali dan ditanam di halaman rumah Soekarno. Bendera Merah Putih dijahit oleh Fatmawati Soekarno dengan bentuk dan ukuran yang tidak standar. Meskipun persiapan serbaspontan, hal tersebut tidak mengurangi maknanya. Menjelang pukul 10.00 WIB para tokoh politik dan pemuka masyarakat mulai berdatangan. Adapun para pemuda tidak sabar lagi mengunggu dimulainya pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Para pemuda mendesak dr. Muwardi untuk mengingatkan Soekarno. Namun, Soekerno bersikeras membacakan teks proklamasi kemerdekaan setelah Moh.Hatta datang. Kurang lebih pukul 10.00 WIB Drs. Moh. Hatta datang kerumah Ir. Soekarno. Keduanya kemudian keluar menuju ruang depan dengan langkah yang mantap dan tegap, di depan pengeras suara atas nama bangsa Indonesia, Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.

3.    Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
                      Sebelum teks proklamasi dibacakan, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat yang isinya, yaitu “meskipun mengalami pasang dan surut, perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan tidak pernah berhenti serta dengan tenaga dan kekuatan sendiri, bangsa Indonesia bertekad bulat menentukan nasib bangsa dan tanah airnya”. Setelah pembacaan naskah proklamasi, acara dilanjutkan dengan mengibarakan bendera Merah Putih. Pengibar dilakukan oleh Suhud dan Latief Hendraningrat dengan disaksikan oleh segenap hadirin kemudian diakhiri dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman. Semua yang hadir dalam upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia berdiri dengan khidmat dan tertib. Keberhasilan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 memiliki arti penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.








2.2.      Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
2.2.1    Penyebaran Berita Proklamasi
       1.       Kegiatan Para Pemuda
          Soekarno berpesan kepada para pemuda untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya keber bagai tempat. Untuk menjalankan tugas itu, para pemuda membagi pekerjaan dalam kelompok-kelompok agar berita proklamasi bisa lebih cepat sampai pada masyarakat.
Salah satu kelompok yang terkemuka adalah kelompok Sukarni, yang bermarkas di Jalan Bogor Lama (sekarangJalan Dr. Sahardjo).Dini hari tanggal 17 Agustus 1945 kelompok tersebut mengadakan rapat rahasia di Kepu (Kemayoran), kemudian pindah ke Defensielijn van den Bosch (sekarang Jalan Bungur Besar) untuk mengatur cara penyiaran proklamasi.
Para pemuda memanfaatkan semua media komunikasi yang ada untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Media komunikasi yang banyak digunakan adalah pamphlet dan surat kabar. Sejumlah pamphlet besar disebarkan keberbagai penjuru kota. Pamflet itu juga dipasang di tempat-tempat strategis yang mudah dilihat khalayak ramai. Pada tanggal 20 Agustus 1945, secara serempak surat kabar Tjahaya dan Soeara Asia yang pertama kali memuat berita kemerdekaan diseluruh Jawa memuat berita tentang proklamasi   kemerdekaan. Keampuhan cara itu terbukti dari berdatangannya masyarakat kelapangan Ikada untuk mendengarkan pembacaan proklamasi kemerdekaan, meskipun ternyata tidak dilakukan di tempat itu.

2.      Kegiatan Kantor Berita Domei
Menjelang sore hari, tanggal 17 Agustus 1945, wartawan kantor berita Domei yang bernama Syahruddin menyampaikan foto kopi teks proklamasikepada Waidan B. Palenewen  kepala bagian radio. Segera ia memerintahkan kepada markonis (petugas telekomunikasi) F. Wuz untuk menyiarkan berita proklamasi sebanyak 3 kali berturut-turut.
Penyiaran baru dapat dilaksanakan sebanyak 2 kali saat tentara Jepang memerintahkan agar penyiaran dihentikan.Namun, Waidan B. Palenewen tetap memerintahkan markonis untuk terus menyiarkan. Bahkan, penyiaran terus diulangi setiap 30 menit sampai saat siaran berakhir pada pukul 16.00.
Untuk menghalangi penyebarluasan berita proklamasi, pimpinan bala tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi sebagai suatu kekeliruan. Tindakan selanjutnya adalah menyegel kantor berita Domei.
Tindakan Jepang itu tidak menyurutkan tekad para pegawai kantor berita Domei untuk menyebarluaskan berita proklamasi. Dengan bantuan sejumlah teknisi radio, mereka berupaya membuat pemancar baru. Peralatan pemancar yang dibutuhkan diambil bagian demi bagian dari kantor berita Domei. Sebagian dibawa kerumah Waidan B. Palenewen, sebagian lagi ke Menteng 31 dan akhirnya berdirilah pemancar baru sehingga sengapura dan seluruh dunia mengetahui.
         
2.2.2  Dukungan Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
          1.       Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat Raksasa Lapangan Ikada terjadi pada 19 September 1945, saat Soekarno memberikan pidato singkat di hadapan ribuan rakyat di Lapangan Ikada dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan. Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada sekarang ini terletak di sebelah selatan Lapangan Monas. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :
a.         Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka.
b.        Untuk menunjukkan terhadap tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap menghadapi apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
c.         Merayakan proklamasi kemerdekaan Indonesia
Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, tetapi mempunyai makna besar, yaitu :
a.         Sukses mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
b.        Melegitimasi Pemerintahan RI yang sah baik yang menyangkut lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
c.         Adalah perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
d.        Sukses menggugah kepercayaan rakyat bakal kekuatan bangsa Indonesia sendiri.

2.              Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX                                                                      Dari pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu, negeri Ngayogyakarto Hadiningrat secara resmi menjadi bagian wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia dengan kedudukannya sebagai daerah istimewa. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu mendapat sambutan dari seluruh rakyat indonesia untuk memberikan dukungan serta mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
2.2.3    Tindakan Heroik di Berbagai Kota
1.    Tindakan Heroik di Surabaya                                                                                      Selama bulan September 1945 di Arsenal (gudang mesiu) Don Bosca terjadi perebutan senjata dan perebutan markas pertahanan di jawa timur. Selain perebutan hal tersebut juga dilakukan perebutan pangkalan angkatan laut beserta markas tentara Jepang dan merebut pabrik-pabrik yang tersebar dikota.
Di hotel Yamato pada tanggal 22 september 1945 terjadi Insiden bendera. Insiden tersebut terjadi pada waktu orang-orag belanda bekas tawanan jepang menduduki hotel dengan bntuan sekutu yang diterjunkan di gunung sari. Orang –orang belanda mengibarkan bendera Belanda di puncak tiang hotel Yamato. Hal tersebut memancing kemarhan pemuda Indonesia. Hotel tersebut langsung diserbu oleh para pemuda setelah permintaan Residen Soedirman untuk menurunkan bendera ditolak Belanda. Beberapa pemuda akhirnya memanjat atap hotel dan menurunka bendera belanda dengan menyobek warna biru, serta menaikkan kembali bendera merah putih.
2.              Tindakan Heroik di Yogyakarta
Di daerah Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak mulai dilakukan pada tanggal 26 September 1945. Semua pegawai Instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai oleh Jepang menyerahkan semua kantor yang dikuasainya kepada pemerintah Republik Indonesia. KNI daerah Yogyakarta pada tanggal 27 September 1945 mengumunkan bahwa kekuasaan di daerah Yogyakarta telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia.

3.              Tindakan Heroik di Sumatera Selatan
Tepat pada tanggal 8 Oktober 1945, terjadi perebutan kekuasaan di Sumatera Selatan. Residen Sumatera Selatan, dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu melaksanakan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Setelah melakukan upacara itu, semua pegawai negeri kembali ke kantornya dan mengibarkan sang saka Merah Putih di kantornya masing-masing. Perebutan kekuasaan di Palembang berjalan tanpa insiden, karena orang-orang Jepang sudah menghindar ketika terjadinya demonstrasi