MAKALAH
(PERISTIWA PENTING MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN
INDONESIA DAN PENYEBARLUASAN BERITA PROKLAMASI INDONESIA)
Dibuat Untuk Memenuhi
Tugas Sejarah
Guru Bidang Studi :
Syafrizalman, M.Pd
Oleh,
KELOMPOK 1
KELAS XI IPA 1
1.
ISTANADA NURIKA HASSANNAH (KETUA)
NIS : 8062
2.
SITI ZAHANI (SEKRETARIS)
NIS : 8190
3.
WIDAYANI (ANGGOTA)
NIS : 8218
4.
TIA MARSHELLINA (ANGGOTA)
NIS : 8198
5.
YESI NURMALA (ANGGOTA)
NIS : 8229
SEKOLAH MENENGAH ATAS
(SMA) NEGERI 1 KUNDUR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah
SWT atas berkat, rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul ”Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dan Penyebarluasan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia” dengan sebaik baiknya. Penyusunan makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatannya. Untuk itu kami menyampaikan terima
kasih terutama kepada guru bidang studi sejarah, yaitu Bapak Syafrizalman, M.Pd
dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Adapaun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas sejarah yang telah diberikan oleh Bapak Syafrizalman,M.Pd. Selain itu makalah
ini juga di buat sebagai suatu kajian terhadap lahirnya Negara dan usaha
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dengan Mmemaparkan materi antara lain : Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dan Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kami menyadari penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Kami meminta maaf atas segala kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan serta saran
sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam penyusunan
makalah ini
Tanjungbatu,
4 Januari 2017
Penyusun,
Kelompok I
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3
Tujuan .................................................................................................... 1
1.4
Manfaat .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peristia
Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ............. 2.2 Penyebarluasan Berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia ...............................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................
3.2 Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah
Kemerdekaan adalah cita-cita
dan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bangsa dimanapun berada. Demikian halnya
bangsa Indonesia yang mengalami masa penjajahan sangat panjang dan membuat
penderitaan rakyat. Oleh karena itu, bangsa Indonesia berusaha untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Proklamasi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
berarti berakhirnya masa penjajahan dan mulainya kehidupan sebagai bangsa
merdeka. Proklamasi kemerdekaan merupakan
titik puncak atau peristiwa puncak dalam perkembangan perjuangan bangsa
Indonesia menentang penjajahan. Proklamasi kemerdekaan mengumandangkan suatu
berita kegembiraan bagi bangsa Indonesia ke segenap penjuru dunia.
Lahirnya Negara Indonesia tidak lepas dari usaha-usaha pahlawan terdahulu
dalam mempertahankan kemerdekaan. Beberapa peristiwa penting menjelang
proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah dibentuknya BPUKI dan PPKI, peristiwa
Renglasdengklok, Perumusan Teks Proklamasi dan detik detik proklamasi.
Penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga didukung oleh
seluruh rakyat Indonesia.
Bangsa yang bijak adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Dengan
mempelajari catatan sejarah, kita akan lebih menghargai apa yang kita miliki
sebagai bangsa. Betapa besar perjuangan para pahlawan dan pendekar untuk
merebut kemerdekaan. Pengorbanan harta dan nyawa. Semua itu harus kita sadari,
hormati dan kita jadikan teladan dalam hidup. Oleh karena itu makalah ini dibuat dengan
maksud untuk membahas lebih dalam mengenai peristiwa penting menjelang
proklamasi kemerdekaan dan penyebarluasan proklamasi kemerdekaan dan agar dapat
dijadikan sebagai bahan belajar dan mengajar bagi guru dan siswa agar
mengetahui sejarah-sejarah di Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1
Peristiwa penting apa
saja menjelang proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
1.2.2
Bagaimana proses penyebarluasan
berita proklamasi kemerdekaan Indonesia?
1.3
Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang dapat kita
capai adalah sebagai berikut :
1.3.1
Menjelaskan beberapa
peristiwa penting yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
1.3.2
Menejelaskan proses
penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.
1.4
Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas , dapat di ambil manfaat sebagai berikut:
1.4.1
Bagi siswa dan guru, makalah
ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk mengetahui peristiwa penting
yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia dan proses
penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.
1.4.2 Makalah ini
juga bisa berfungsi sebagai sumber referensi dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peristiwa
Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
2.1.1 Pembentukan
Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan kemerdekaan Indonsia (BPUPKI)
Memasuki tahun 1945,
posisi jepang dalam menghadapi sekutu semakin tidak menguntungkan. Untuk
mempertahankan diri dari situasi tersebut, jepang harus meningkatkan bantuan
dari rakyat Indonesia. Melalui Perdana Menteri Koiso, jepang menjajanjikan
kemerdekaan pada rakyat Indonesia. Tetapi situasi kabinet Koiso semakin jatuh
dan digantikan oleh kabinet Suzuki. Dengan berakhirnya Kabinet Koiso, berarti
Koisi tidak dapat berbuat appa tentang pembentukan BPUPKI. Sebagai pemerintahan
yang sah dan mengingat posisi jepang yang tidak membaik, Kabinrt Suzuki tidak
mengelak atas “janji Koiso”. Untuk itu pada tanggal 29 April susunan
keanggotaan BPUPKI diumumkan. BPUPKI memiliki nama
tersendiri dalam bahasa Jepang yaitu Dokuritsu Jumbi Cosakai, nama
dalam bahasa Jepang tersebut memang tidak terlepas dari sejarah pendirian
BPUPKI itu sendiri, tokoh penggagas berdirinya BPUPKI adalah seorang yang
berkebangsaan Jepang Letnan Jendral Kumaichi Harada, pada tanggal 1 Maret 1945.
Meskipun, dibentuk pada tanggal 1 Maret namun peresmiannya baru dilakukan pada
tanggal 28 Mei 1945 bertepat di gedung Cao Sang In (sekarang
Gedung Departemen Luar Negeri), adapun ketua dari BPUPKI dipimpin oleh Dr.
K.R.T Radjiman Wedyodiningrat. Adapun
tugas dari BPUPKI ini sendiri adalah untuk menyelidiki dan mempelajari berbagai
hal penting untuk menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka, guna tugas
yang diberikan bisa terwujud maka BPUPKI melakukan beberapa kali pertemuan yang
kita sebut dengan sidang, sidang yang pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei
1945 -1 Juni 1945, Sidang ke-dua tanggal 10 Juli 1945 - 16 Juli 1945. berikut
adalah penjelasan dari masing-masing sidang.
1.
Sidang Pertama BPUPKI (29
Mei-1 Juni 1945)
Sidang perdana BPUPKI diagendakan untuk
membahas rumusan dasar negara Indonesia merdeka, dalam hal ini muncul 3 tokoh
anggota BPUPKI yang menyampaikan gagasan serta ide-idenya tentang rumusan dasar
Indonesia merdeka menurut versi masing-masing, adapun ke-3 tokoh tersebut
diantaranya Mr.Moh. Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo dan Ir. Sukarno. pada
kesempatan pertama, Mr. Moh. Yamin mendapatkan kesempatan untuk memaparkan
idenya mengenai dasar negara yang dibaginya kedalam lima point penting yaitu
Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, Peri
Kesejahteraan
Giliran mendengarkan pemaparan dari Prof. Dr.
Mr. Supomo, menurutnya dasar negara Indonesia merdeka yaitu, Persatuan,
Kekeluargaan, Keseimbangan lahir dan batin, Musyawarah, Keadilan rakyat. Pada
kesempatan yang ke-tiga tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, tibalah giliran dari
Ir. Sukarno untuk menyampaikan gagasannya. Berbeda dengan kedua gagasan
sebelumnya, Ir. Sukarno memberikan nama gagasannya dengan sebutan PANCASILA,
Panca berarti Lima dan Sila berarti asas atau dasar, sehingga diatas 5 dasar
inilah akan didirikan Indonesia sebagai negara yang merdeka. karena hal inilah,
maka setiap tanggal 1 Juni diperongati sebagai Hari Lahirnya Pancasila, adapun dasar
negara versi Sukarno itu sendiri adalah, Kebangsaan Indonesia,
Internasionalisme/Peri Kemanusiaan, Mufakat/ Demokrasi, Kesejahteraan Sosial
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Setelah persidangan Pertama ini selesai, maka
diadakanlah "reses". BPUPKI membentuk tim kecil dibawah pimpinan Ir.
Sukarno dengan anggotanya Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, Kartohadikusumo, Wachid
Hasjim, Ki Hadi Kusumo, Otto Iskandardinata, Mr.Moh Yamin dan Mr. A.A. Maramis
(A.A singkatan dari Alexander Andries). Panitia inilah yangpanitia sembilan.diseutPanitia
Sembilan.
Panitia sembilan ini bertugas untuk merumuskan
dasar negara Indonesia merdeka berdasarkan pandangan dari anggota sembilan,
adapun anggotanya terdiri dari Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.Moh. Yamin, Mr.
Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abdul Kahar Mudzakir, Wahid Hasjim, H. Agus
Salim dan Abikusni Tjokrosujono.
Panitia sembilan ini menghasilkan rumusan dasar
negara Indonesia merdeka pada tanggal 22 Juni 1945 yang dinamakan Jakarta
Center atau Piagam Jakarta , pemberian nama ini sendiri diberikan oleh Mr. Moh.
Yamin.adapun isi dari Jakarta Charter sebagai
berikut:
a)
Ketuhanan dengan mewajibkan menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
b)
Daar kemanusiaan yang adil beradab.
c)
Persatuan Indonesia.
d)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
e)
Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.
Sidang Kedua BPUPKI (10
Juli-17 Juli 1945)
Pada tanggal 10 Juli 1945 kembali
diadakan sidang BPUPKI yang kedua, dengan agenda membahas rencana undang-undang
dasar, termasuk soal pembukaan atau preambulenya oleh sebuah panitia perancang
UUD yang doketuai oleh Ir. Sukarno. Pada 11 Juli 1945, panitia tersebut
menyetujui isi preambulenya diambil dari Piagam Jakarta. Persidangan kedua ini
kemudian dilanjutkan pada tanggal 14 Juli 1945, saat itu Ir. Sukarno melaporkan
hasil kerja panitia perancang Undang-undang, yakni:
a)
Pernyataan Indonesia Merdeka
b)
Pembukaan UUD
c)
Batang tubuh UUD
2.1.2
Pembentukan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Setelah BPUPKI selesai menjankan sidangnya yang
terakhir maka BPUPKI dianggap telah menjalankan tugasnya dengan baik, maka pada
tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya maka didirikan suatu
badan yang bernama PPKI, yang merupakan singkatan dari Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 1945 ketiga tokoh Indonesia
tersebut kembali ke Indonesia, sesuai dengan hasil pertemuan dengan Jendral
Terauchi maka dibentuklah PPKI, Ir. Sukarno ditunjuk sebagai Ketua, Drs.Moh
Hatta sebagai Wakil dan Mr. Ahmad Subardjo sebagai Penasehat dengan anggota 21
orang dan tanpa sepengetahuan Jepang ditambah lagi 6 orang. Adapun tugas dari
PPKI sendiri adalah menyusun rencana kemerdekaan Indonesia, sebagaimana yang
telah dijanjikan oleh Jepang. Berita kekalahan Jepang atas sekutu pada tanggal
14 Agustus ternyata cepat menyebar di kalangan masyarakat Indonesia termasuk
golongan muda, meskipun ditutup-tutupi oleh pihak militer Jepang. Para pemuda
bertekad untuk memproklamirkan kemerdekaan secepatnya tanpa ada pengaruh dan
unsur dari pihak Jepang.
2.1.3
Peristiwa Rengasdengklok
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Golongan pemuda
melakukan rapat di ruang Mikrobiologi, Jalan Pegangsaan Timur (Sekarang FKM,
UI), membaha tentang kepaa negara dan proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan
dengan ekuatan sendiri tanpa pengaruh dari pihak manapun dengan tujuan
mengangkan wibawa negara Indonesia yang baru lahir, rapat
tersebut dipimpin oleh Chairul Saleh.
Hasil dari rapat kemudian disampaikan kepada Golonagn
tua Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta melalui Wikana dan Darwis (golongan muda),
mereka mengatakan jika Proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan pada tanggal 16
Agustus 1945 maka akan terjadi pertumpahan darah. Tentu saja, usulan golongan
muda ini ditolak oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta, dengan berbagai
pertimbangan. Perbedaan pendapat anatar golongan tua dan muda inilah yang
membuat golongan muda nekad untuk melakukan tindakan yang radikal, namun harus
diakui tindakan ini juga yang mempercepat proses pembacaan teks Proklamasi,
tindakan inilah yang kita kenal dengan peristiwa Rengasdengklok.
Peristiwa Rengasdengklok ini terjadi pada
tanggal 16 Agustus 1945, dimana para pemuda membawa Ir. Sukarno, beserta
Keluarga (Ibu Fatmawati dan Guntur) dan Drs. Moh. Hatta ke tempat pengasingan
disuatu daerah yang bernama Rengasdengklok. Pada saat itu para pemuda yang
bertugas untuk menjemput Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta adalah Sinngih,
Soetrisno, Sampoen, dan Soerachmat. Pengasingan ini dimaksudkan agar Ir.
Sukarno dan Drs. Moh Hatta terlepas dari pengaruh Jepang. Golongan muda tidak
menginginkan kemerdekaan Indonesia dicap sebagai hadiah dari Jepang, dengan
cara tersebut para pemuda berharap kedua tokoh tersebut bersedia untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. adapun alasan mengapa tempat yang
dipilih adalah Renggas Dengklok karena berbagai pertimbangan sesuai dengan
pendapat dari Shodanco Singgih.
Sesampainya di Renggas Dengklok, tepatnya di
Desa Tugu Dua, dirumah seorang warga keturunan bernama Djiwa Gie Siong, disni
Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta disambut baik oleh pimpina Peta, Syudanco
Subeno. Niat para pemuda untuk menekan Soekarno-Hatta agar secepatnya
memproklamirkan kemerdekaan tidak berjalan dengan baik, maka Ir. Sukarno
bersedia menyetujui kehendak dari golongan muda. Maka pada pukul 20.00 WIB,
Soekarno-Hatta beserta rombongan kembali ke Jakarta dan tiba disana pada pukul
23.00. Sesampainya di Jakrta, mereka langsung merencanakan untuk mereumuskan
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2.1.4
Perumusan Teks Proklamasi
Indonesia
1.
Pertemuan Soekarno-Hatta
dengan Mayor Jendral Nishimura
Nishimura
melarang kegiatan dalam bentuk apa pun termasuk rapat PPKI dan proklamasi
kemerdekaan. Tidak adanya kesepahaman tersebut, meyakinkan Soekarno-Hatta untuk
melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia walaupun tidak disetujui oleh
Jepang.
2.
Perumusan Konsep
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah
Soekarno-Hatta bertemu dengan Nishimura dan yakin bahwa Nishimura tidak
menyetujui pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kemudian mereka
bergegas ke rumah Laksamana Maeda. Di rumah Laksamana Maeda telah berkumpul
para anggota PPKI dan para golongan pemuda, kemudian terjadilah peristiwa
bersejarah berupa perumusan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Teks proklamasi
dirumuskan di ruang makan oleh Soekarno, Moh.Hatta, dan Ahmad Subarjo serta
disaksikan oleh Sukarni, B.M. Diah, dan Sudiro. Soekarno menuliskan konsep pada
secarik kertas dan kemudian disempurnakan dengan pendapat Moh. Hatta dan Ahmad
Subarjo. Konsep teks proklamasi kemerdekaan terdiri dari dua kalimat, yaitu
kalimat pertama merupakan pernyataan kemauan bangasa Indonesia untuk menentukan
nasibnya sendiri pada kalimat kedua merupakan pernyataan mengenai pengalihan
kekuasaan (transfer of sovereignity).
Menjelang subuh naskah proklamasi berhasil di selesaikan, kemudian Soekarno
membuka pertemuan dengan peserta rapat. Naskah dibacakan dihadapan peserta
rapat di ruang depan sekitar pukul 04.00 WIB.
3.
Pengesahan Teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Soekarno
mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh yang hadir seperti pada
deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat. Namun, usul tersebut ditentang oleh
golongan pemuda yang tetap menganggap golongan tua sebagai kolaborator (orang
yang bekerjasama dengan musuh). Untuk mengakhiri perdebatan, Sukarni
mengusulkan agar proklamasi kemerdekaan benar-benar bersih dari pengaruh
Jepang, teks proklamasi tersebut agar ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas
nama bangsa Indonesia. Usulan ini berdasarkan alasan bahwa kedua tokoh tersebut
telah diakui sebagai pemimpin utama rakya Indonesia. Teks tersebut kemudian
diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan yang kemudian
ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Perubahan
tersebut pada tulisan “tempoh” diganti “tempo”, “wakil-wakil bangsa Indonesia”
diganti “atas nama bangsa Indonesia”, dan “Djakarta, 17-08-‘05” diganti “
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”.
2.1.5
Detik-Detik Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
1.
Kegiatan Para Pemuda
Para
pemuda secara spontan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah berkumpul di lapangan
Ikada (lapangan di sudut tenggara Monas), Jakarta. Menurut informasi,
proklamasi kemerdekaan akan di lapangan Ikada. Mengetahui kegiatan para pemuda
tersebut, pasukan Jepang dengan senjata lengkap segera mengepung lapangan
Ikada. Setelah itu, Sukarni melaporkan bahwa lapangan Ikada telah disiapkan
sebagai tempat pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Namun, Soekarno tidak
menyetujui karena pembacaan teks proklamasi kemerdekaan di lapangan Ikada akan
menimbulkan bentrokan antara rakyat dan pasukan Jepang. Selanjutnya, disepakati
bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di rumah Soekarno di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta atau sekarang Gedung Perintis Kemerdekaan di Jalan
Proklamasi. Pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur
No. 56 Jakarta di rumah Soekarno diadakan persiapan untuk proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Keamanan rumah Soekarno dijaga oleh pasukan Peta di
bawah pimpinan Shodanco Latief Hendraningrat dan Shodanco Arifin Abdurrahman.
Persiapan upacara dipimpin Suwiryo, walikota Jakarta.
2.
Kegiatan di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56
Persiapan
untuk upacara proklamasi kemerdekaan dilakukan serbaspontan, mikrofon dan
pengeras suara dipinjam dari sebuah toko elektronik. Tiang bendera terbuat dari
bamboo yang diberi tali dan ditanam di halaman rumah Soekarno. Bendera Merah
Putih dijahit oleh Fatmawati Soekarno dengan bentuk dan ukuran yang tidak
standar. Meskipun persiapan serbaspontan, hal tersebut tidak mengurangi
maknanya. Menjelang pukul 10.00 WIB para tokoh politik dan pemuka masyarakat
mulai berdatangan. Adapun para pemuda tidak sabar lagi mengunggu dimulainya
pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Para pemuda mendesak dr. Muwardi untuk
mengingatkan Soekarno. Namun, Soekerno bersikeras membacakan teks proklamasi
kemerdekaan setelah Moh.Hatta datang. Kurang lebih pukul 10.00 WIB Drs. Moh.
Hatta datang kerumah Ir. Soekarno. Keduanya kemudian keluar menuju ruang depan
dengan langkah yang mantap dan tegap, di depan pengeras suara atas nama bangsa
Indonesia, Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3.
Upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
Sebelum
teks proklamasi dibacakan, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat yang
isinya, yaitu “meskipun mengalami pasang dan surut, perjuangan bangsa Indonesia
untuk mencapai kemerdekaan tidak pernah berhenti serta dengan tenaga dan
kekuatan sendiri, bangsa Indonesia bertekad bulat menentukan nasib bangsa dan
tanah airnya”. Setelah pembacaan naskah proklamasi, acara dilanjutkan dengan
mengibarakan bendera Merah Putih. Pengibar dilakukan oleh Suhud dan Latief
Hendraningrat dengan disaksikan oleh segenap hadirin kemudian diakhiri dengan
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman. Semua yang
hadir dalam upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia berdiri dengan khidmat dan
tertib. Keberhasilan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal
17 Agustus 1945 memiliki arti penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.2. Penyebarluasan
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
2.2.1 Penyebaran Berita Proklamasi
1. Kegiatan Para Pemuda
Soekarno berpesan kepada para pemuda
untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya keber bagai tempat. Untuk
menjalankan tugas itu, para pemuda membagi pekerjaan dalam kelompok-kelompok
agar berita proklamasi bisa lebih cepat sampai pada masyarakat.
Salah satu kelompok yang terkemuka
adalah kelompok Sukarni, yang bermarkas di Jalan Bogor Lama (sekarangJalan Dr.
Sahardjo).Dini hari tanggal 17 Agustus 1945 kelompok tersebut mengadakan rapat
rahasia di Kepu (Kemayoran), kemudian pindah ke Defensielijn van den Bosch
(sekarang Jalan Bungur Besar) untuk mengatur cara penyiaran proklamasi.
Para pemuda memanfaatkan semua media
komunikasi yang ada untuk menyebarluaskan berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Media komunikasi yang banyak
digunakan adalah pamphlet dan surat kabar. Sejumlah pamphlet besar disebarkan
keberbagai penjuru kota. Pamflet itu juga dipasang di tempat-tempat strategis
yang mudah dilihat khalayak ramai. Pada tanggal 20 Agustus 1945, secara
serempak surat kabar Tjahaya dan Soeara Asia yang pertama kali memuat berita
kemerdekaan diseluruh Jawa memuat berita tentang proklamasi kemerdekaan.
Keampuhan cara itu terbukti dari berdatangannya masyarakat kelapangan Ikada
untuk mendengarkan pembacaan proklamasi kemerdekaan, meskipun ternyata
tidak dilakukan di tempat itu.
2.
Kegiatan Kantor Berita
Domei
Menjelang sore hari, tanggal 17 Agustus
1945, wartawan kantor berita Domei yang bernama Syahruddin menyampaikan
foto kopi teks proklamasikepada Waidan B. Palenewen kepala bagian
radio. Segera ia memerintahkan kepada markonis (petugas telekomunikasi) F. Wuz untuk
menyiarkan berita proklamasi sebanyak 3 kali berturut-turut.
Penyiaran baru dapat dilaksanakan
sebanyak 2 kali saat tentara Jepang memerintahkan agar penyiaran
dihentikan.Namun, Waidan B. Palenewen tetap memerintahkan markonis untuk terus
menyiarkan. Bahkan, penyiaran terus diulangi setiap 30 menit sampai saat siaran
berakhir pada pukul 16.00.
Untuk menghalangi penyebarluasan berita
proklamasi, pimpinan bala tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat
berita proklamasi sebagai suatu kekeliruan. Tindakan selanjutnya adalah
menyegel kantor berita Domei.
Tindakan Jepang itu tidak menyurutkan
tekad para pegawai kantor berita Domei untuk menyebarluaskan berita proklamasi.
Dengan bantuan sejumlah teknisi radio, mereka berupaya membuat pemancar baru.
Peralatan pemancar yang dibutuhkan diambil bagian demi bagian dari kantor
berita Domei. Sebagian dibawa kerumah Waidan B. Palenewen, sebagian lagi
ke Menteng 31 dan akhirnya berdirilah pemancar baru sehingga sengapura dan
seluruh dunia mengetahui.
2.2.2 Dukungan Rakyat Terhadap Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
1. Rapat Raksasa
di Lapangan Ikada
Rapat Raksasa
Lapangan Ikada terjadi
pada 19 September 1945,
saat Soekarno memberikan pidato singkat di hadapan ribuan rakyat di Lapangan Ikada dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan. Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para
pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut
kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal
19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada sekarang ini terletak di sebelah selatan
Lapangan Monas. Tujuan rapat raksasa
IKADA adalah :
a.
Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia
dengan rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka.
b.
Untuk menunjukkan terhadap tentara sekutu bahwa rakyat
Indonesia siap menghadapi apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan
Indonesia.
c.
Merayakan proklamasi kemerdekaan Indonesia
Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa
menit, tetapi mempunyai makna besar, yaitu :
a.
Sukses mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan
rakyatnya.
b.
Melegitimasi Pemerintahan RI yang sah baik yang menyangkut
lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
c.
Adalah perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan
rakyat.
d.
Sukses menggugah kepercayaan rakyat bakal kekuatan bangsa
Indonesia sendiri.
2.
Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX Dari
pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu, negeri Ngayogyakarto Hadiningrat
secara resmi menjadi bagian wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia dengan
kedudukannya sebagai daerah istimewa. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
itu mendapat sambutan dari seluruh rakyat indonesia untuk memberikan dukungan
serta mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan
tanggal 17 Agustus 1945.
2.2.3 Tindakan
Heroik di Berbagai Kota
1. Tindakan
Heroik di Surabaya Selama bulan September 1945 di Arsenal (gudang mesiu) Don
Bosca terjadi perebutan senjata dan perebutan markas pertahanan di jawa timur.
Selain perebutan hal tersebut juga dilakukan perebutan pangkalan angkatan laut
beserta markas tentara Jepang dan merebut pabrik-pabrik yang tersebar dikota.
Di hotel Yamato pada tanggal 22 september 1945 terjadi Insiden bendera.
Insiden tersebut terjadi pada waktu orang-orag belanda bekas tawanan jepang
menduduki hotel dengan bntuan sekutu yang diterjunkan di gunung sari. Orang
–orang belanda mengibarkan bendera Belanda di puncak tiang hotel Yamato. Hal tersebut
memancing kemarhan pemuda Indonesia. Hotel tersebut langsung diserbu oleh para
pemuda setelah permintaan Residen Soedirman untuk menurunkan bendera ditolak
Belanda. Beberapa pemuda akhirnya memanjat atap hotel dan menurunka bendera
belanda dengan menyobek warna biru, serta menaikkan kembali bendera merah
putih.
2.
Tindakan Heroik di Yogyakarta
Di daerah Yogyakarta,
perebutan kekuasaan secara serentak mulai dilakukan pada tanggal 26 September
1945. Semua pegawai Instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai oleh
Jepang menyerahkan semua kantor yang dikuasainya kepada pemerintah Republik
Indonesia. KNI daerah Yogyakarta pada tanggal 27 September 1945 mengumunkan
bahwa kekuasaan di daerah Yogyakarta telah berada di tangan Pemerintah Republik
Indonesia.
3.
Tindakan Heroik di Sumatera Selatan
Tepat
pada tanggal 8 Oktober 1945, terjadi perebutan kekuasaan di Sumatera Selatan.
Residen Sumatera Selatan, dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu
melaksanakan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Setelah melakukan upacara
itu, semua pegawai negeri kembali ke kantornya dan mengibarkan sang saka Merah
Putih di kantornya masing-masing. Perebutan kekuasaan di Palembang berjalan
tanpa insiden, karena orang-orang Jepang sudah menghindar ketika terjadinya
demonstrasi